Buktikan sedang Haid, Siswa di Malaysia Diminta Buka Celana Dalam di Hadapan Murid Lainnya

- 25 April 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi Siswa Sekolah di Malaysia
Ilustrasi Siswa Sekolah di Malaysia /Pixabay

PR PANGANDARAN - Peristiwa tak wajar terlihat di salah satu sekolah Malaysia, di mana siswa diminta buka celana dalam di hadapan murid lainnya untuk buktikan bahwa sedang haid.

Pemberitaan salah satu siswa yang diminta buka celana dalam di hadapan umum sontak membuat heboh khalayak luas, tak terkecuali Indonesia.

Dari sekian banyaknya metode untuk buktikan seseorang sedang haid, sekolah tersebut justru memilih untuk cara yang tak biasa dengan diminta buka celana dalam di hadapan murid lainnya.

Baca Juga: Soal KRI Nanggala 402, Jokowi: Upaya Terbaik Pencarian dan Penyelamatan Masih Kita Lakukan

Para siswa di Malaysia belakangan ini memang sering mendapat siksaan yang mereka hadapi di sekolah umum, berupa pemeriksaan haid berkala, pelecehan seksual yang berujung mempermalukan di depan umum.

Seorang siswa bernama Aisyah, mengatakan waktu sekolahnya di Sarawak mewajibkan semua siswa Muslim untuk membaca Alquran setiap pagi sebelum kelas dimulai selama Ramadhan.

Dua tahun lalu, Aisyah mengatakan dia harus melewatkan shalat dan duduk di belakang masjid karena dirinya sedang haid.

Baca Juga: Lagu Sampai Jumpa Milik Endank Soekamti Dinyanyikan Awak Kapal Selam, Erix Soekamti: PrayForNanggala 402

Namun sang ustazah tidak mempercayai bahwa Aisyah sedang haid, dan berujung melakukan spot check haid di toilet.

“Dia meletakkan tangannya di antara kedua kaki saya untuk merasakan apakah saya memiliki pembalut menstruasi. Saya sangat terkejut, tetapi saya terlalu takut untuk berbicara. Ada juga spot check di hari lain, tapi saat itu saya harus melepas celana dalam saya dan memberikannya di depan semua orang untuk membuktikan bahwa saya berdarah,” katanya dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari FMT.

Sama halnya dengan Florence, yang lulus awal tahun ini, dia mengatakan sering dipermalukan hanya karena menjadi satu-satunya non-Muslim di angkatannya selama lima tahun dia belajar di sebuah sekolah asrama di Pahang.

Baca Juga: Hati Nathalie Holscher Akhirnya Luluh Berkat Pesan dari Ferdi, Kini Pulang ke Rumah Sule Usai Kabur?

Dia bercerita tentang seorang guru sejarah yang akan menekannya untuk mengenakan hijab.

Tak hanya itu, bahkan teman-teman sekelasnya diinterogasi karena tidak mengajaknya untuk bisa memeluk agama Islam.

"Suatu malam, ada kasus histeria di asrama siswa, jadi para senior memaksa saya untuk mengenakan hijab, tangan dan kaus kaki agar setan tidak mendekati saya," ujar Florence.

Baca Juga: Pernikahan Ustaz Abdul Somad di Depan Mata, Mantan Istri UAS: Apalah Dayaku, Kata Tak Merubah Fakta

Lain halnya dengan cerita David pada 2018 lalu, di mana dia secara fisik dilecehkan oleh seorang guru BK pria karena lupa lirik lagu kebangsaan sekolah.

“Dia mendekatkan telinganya ke mulut saya untuk memeriksa. Ketika dia tahu saya hanya melakukan lip-sync, dia meraih pantat saya dan berbisik ke telinga saya: 'Kenapa kamu tidak bernyanyi?'” kata David.

Namun, mantan siswa di sebuah sekolah di Kuala Lumpur itu merasa "lega" ketika mendengar gurunya itu akhirnya dipecat.

Baca Juga: Bocoran dan Link Streaming Ikatan Cinta Minggu 25 April 2021: Perlakuan Ricky kepada Elsa Diketahui Aldebaran!

Akan tetapi, David mengatakan bahwa dirinya tidak menyadari bahwa perlakuan itu adalah sesuatu yang tidak pantas pada saat itu.

Menurut para orang tua siswa, insiden seperti itu masih terjadi hingga hari ini, karena putri dan putranya saat ini mengalami masalah serupa di sekolah umum mereka di Lembah Klang.

Salah satu insiden adalah seorang ustazah yang sering menanyai putrinya mengapa dia tidak salat dengan gadis-gadis Melayu lainnya.

Baca Juga: Dihujat karena Nikahi Gadis 19 Tahun, Ustaz Abdul Somad dan Fatimah Ternyata Dijodohkan Sosok Ini

Putrinya sebelumnya telah mengutarakan keinginannya untuk menghindari salat berjamaah karena tingginya risiko tertular Covid-19 di sekolah.

“Di lain waktu, ustazahnya mencoba untuk diam-diam mencatat tanggapannya terhadap tidak shalat dengan smartphone-nya, tetapi ketika dia melihat putri saya memperhatikan apa yang dia lakukan, dia meletakkan teleponnya. Putri saya tidak pernah kasar pada ustazah," ucap orang tua siswi tersebut.

“Akhirnya ustazah mengancam kalau tidak salat akan dikirim ke konselor sekolah. Pada titik ini, saya turun tangan dan mengirim pesan WhatsApp kepada guru,” lanjutnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Minggu, 25 April 2021: Andin Kuak Kebohongan Elsa, Al Tahu Rahasia Mama Rosa dan Sanusi

Orang tua itu menambahkan bahwa sekolah dasar putrinya juga mengadakan pemeriksaan haid untuk memeriksa apakah siswa berpura-pura sedang haid untuk menghindari salat.

Hal ini membuat putrinya ketakutan setiap kali dia mengganti pembalutnya di sekolah, karena takut akan ada pemeriksaan mendadak sehingga dia tidak memiliki 'bukti' untuk ditunjukkan.

Selain itu, orang tua tersebut juga mengatakan putranya terus-menerus ditantang oleh teman-temannya untuk membuktikan 'ke-Musliman' dengan membaca ayat-ayat Alquran karena dia tidak terlihat seperti orang Melayu pada umumnya.

Baca Juga: Berhasil Lepas dari Bayangan Kaesang, Felicia Tissue Ungkap Perjuangannya Lewati Hari-hari Tersulit

Kasus lain pernah terjadi pada Priyanka yang mengatakan dia pernah bolos kelas pendidikan jasmani dan kesehatan (PJK) karena dia merasa tidak enak badan akibat nyeri haid.

Mantan siswa, yang bersekolah di sekolah nasional di Selangor, mengatakan dia dan beberapa siswa lainnya dipanggil ke ruang olahraga untuk melakukan pemeriksaan haid.

“Saya melihatnya menyentuh dan merasakan pembalut teman-teman saya dari luar seragam mereka, tanpa persetujuan mereka. Saya tidak bekerja sama dan menyuruhnya untuk menulis keluhan di buku laporan kelas sebagai gantinya. Saya menerima kerugian 15 poin karena tidak patuh,” kata Priyanka.

Baca Juga: Menangis karena Sulit Ajak Main Rafatar dan Ansara, Mama Rieta: Orang Tuanya Sering Ngelarang

Sementara itu, mantan siswa lainnya, Uma, teringat guru matematika yang mengajukan pengaduan terhadapnya karena diduga mencoba merayunya karena meregangkan kakinya.

“Ini dengan sepatu dan kaus kaki setinggi lutut,” kata Uma, yang kini berusia 20-an. Guru juga menuduhnya mencuri tasnya dan menuntut kepala sekolah mencopot jabatannya sebagai prefek.

“Beberapa guru memihaknya, menyatakan bahwa saya sengaja melakukan hal-hal seperti itu karena teman-teman saya sebagian besar adalah laki-laki,” tutupnya.***

 

Editor: Imas Solihah

Sumber: freemalaysiatoday.com


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah