Pasukan Prancis yang telah memberikan bantuan militer ke Mali sejak 2013, kini ingin menarik diri dari wilayah tersebut menyusul kudeta militer.
Awal bulan ini Emmanuel Macron mengumumkan rencana untuk menarik lebih dari 5.000 tentara dari negara itu dengan mengatakan "waktunya telah tiba".
Dalam konferensi pers pada 11 Juni, Presiden Prancis mengatakan: “Komitmen kami di Sahel tidak akan berlanjut dengan cara yang sama.
“Kami akan melakukan transformasi mendalam dari kehadiran militer kami di Sahel.
“Kerangka kerja akan dibuat jelas dalam beberapa minggu mendatang.”
Baca Juga: Pria Jepang ini Dideportasi dari Turki Usai Tertangkap Makan Anak Kucing
Sejak intervensi Paris, sekitar 55 tentara Prancis tewas dalam upaya untuk melawan para jihadis.
Folahanmi Aina, seorang ahli Boko Haram dan keamanan di wilayah Danau Chad Basin, mengatakan: “ISWAP tampaknya mengkonsolidasikan dominasinya di wilayah tersebut, memberikannya keuntungan taktis dan operasional.
“Ini bisa menyiratkan kehadiran ISIS yang lebih terkonsolidasi dan penyebaran pengaruhnya.”***
Artikel Rekomendasi