Faktor lain, negara yang melaporkan angka kematian secara rutin dan relatif akurat adalah mereka berpendapatan tinggi dan menengah.
Sementara permodelan The Ecconomist menjadi kurang akurat jika tiba-tiba terjadi konflik atau bencana alam.
The Economist menyajikan data tentang berapa banyak jumlah korban meninggal akibat Covid-19.
"Jawabannya tergantung data yang tersedia dan tergantung bagaimana Anda mendefinisikan penyebab kematian," ungkap redaksi pada tulisan berjudul berjudul The Pandemic's True Death Toll itu.
Baca Juga: dr Richard Lee Pertanyakan Hukum di Indonesia: Kenapa Saya Diperlakukan Beda dengan Kartika Putri?
Dalam tulisannya, redaksi mengungkap ada perhitungan di mana sebenarnya meninggal akibat Covid-19, akan tetapi tidak menjalani tes maka tidak masuk hitungan resmi.
"Tidak sedikit pula yang dinyatakan meninggal karena Covid-19, padahal memiliki kondisi penyakit lain," katanya.
Artikel ini pernah tayang dengan judul "Media Asing Cium Kejanggalan Angka Kematian Covid-19 Indonesia Versi Data Pemerintah Jokowi"
Baca Juga: Ari Lasso Nekat Serahkan Catatan 'Warisan' Jelang Operasi, Respon Anaknya: Papa Apaan sih, Aku...
Kemudian ada juga yang sudah meninggal, sementara hasil tes masih menunggu lab, apakah masuk hitungan atau tidak, tergantung regulasinya.
Artikel Rekomendasi