Perang Nuklir Khawatir Pecah, China Bisa Jadikan Australia Target Usai Aliansi AUKUS Diumumkan

- 19 September 2021, 11:40 WIB
Ilustrasi nuklir.
Ilustrasi nuklir. /Pixabay/enriquelopezgarre

PR PANGANDARAN - Awal pekan ini koalisi militer baru AUKUS (Australia, Inggris, dan AS) diumumkan oleh Joe Biden, Boris Johnson dan Scott Morrison.

Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, para ahli secara luas menganggap ini sebagai langkah untuk menahan China yang semakin agresif.

Tak hanya itu, para ahli juga khawatir perang nuklir pecah dengan Australia sebagai  target baru China.

Baca Juga: Simak Perbedaan BB, CC, dan DD Cream yang Wajib Diketahui Wanita

China siap mencaplok Taiwan dengan 'cara apapun yang memungkinkan', sementara Inggris, Amerika dan Australia akan berbagi penelitian lanjutan termasuk drone bawah air dan kecerdasan buatan.

Inggris dan AS juga akan membantu Australia membangun armada kapal selam bertenaga nuklir.

Ini memicu kemarahan dari Global Times, sebuah surat kabar yang dikendalikan oleh PKC yang berkuasa di China.

Baca Juga: Bahas Utang, Andhika Pratama Sebut 'Buron' hingga Wendi Cagur Katakan Dunia Enggak Adil

Menurut The Independent, itu memperingatkan perjanjian itu bisa membuat Australia menjadi target serangan nuklir.

Berbicara kepada Global Times, sumber militer China mengklaim kapal selam Australia yang baru dapat ditingkatkan untuk membawa senjata nuklir, membuat Australia menjadi ancaman.

Satu mengklaim akan "mudah bagi AS dan Inggris untuk menyebarkan senjata nuklir dan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam di kapal selam Australia".

Baca Juga: Lirik Lagu Night Falling - John Park (OST Yumi's Cell) dengan Terjemahan Bahasa Indonesia

Australia, Inggris dan Amerika semua bersikeras bahwa sementara kapal selam akan bertenaga nuklir, mereka tidak akan bersenjata nuklir.

Namun, saat ini tidak ada negara bersenjata non-nuklir di dunia yang memelihara armada kapal selam nuklir, meskipun Brasil memiliki rencana untuk melakukannya.

Sepotong Global Times terpisah mengklaim, "Pasukan Australia juga kemungkinan besar menjadi angkatan pertama tentara barat yang menyia-nyiakan hidup mereka di Laut Cina Selatan."

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 19 September 2021: Kondisi Mama Rosa Tidak Stabil, Nekat Bertemu Orang Misterius

Beijing terkunci dalam sengketa Laut Cina Selatan, yang sebagian besar diklaim sebagai wilayah kedaulatannya.

Ini tumpang tindih dengan klaim saingan dari sejumlah tetangganya, termasuk Filipina, Vietnam dan Taiwan.

Kekuatan Barat menolak untuk menerima klaim kedaulatan China, dan secara teratur mengirim kapal perang untuk patroli “kebebasan navigasi” melalui wilayah tersebut.

Baca Juga: Solskjaer Minta Rio Ferdinand Tutup Mulut Usai Kritik Tindakan Cristiano Ronaldo

Setelah aliansi AUKUS diumumkan Biden, Johnson dan Morrison merilis pernyataan bersama yang menjelaskan tujuannya.

“Melalui AUKUS, pemerintah kita akan memperkuat kemampuan masing-masing untuk mendukung kepentingan keamanan dan pertahanan kita, membangun hubungan bilateral kita yang sudah berlangsung lama dan berkelanjutan.

“Kami akan mempromosikan berbagi informasi dan teknologi yang lebih dalam. Kami akan mendorong integrasi yang lebih dalam dari ilmu pengetahuan, teknologi, basis industri, dan rantai pasokan yang terkait dengan keamanan dan pertahanan," ungkap mereka, seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Express.

Baca Juga: dr. Muslim Kasim Ungkap Dampak Kerugian Bila PTM Diterapkan Tanpa Vaksinasi Covid-19

Lebih lanjut, mereka akan secara signifikan memperdalam kerja sama di berbagai kemampuan keamanan dan pertahanan.

“Sebagai inisiatif pertama di bawah AUKUS, mengakui tradisi bersama kami sebagai negara demokrasi maritim, kami berkomitmen pada ambisi bersama untuk mendukung Australia dalam memperoleh kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Australia," ungkapnya.

Setelah Inggris dan AS berkomitmen untuk membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir, Canberra membatalkan kontrak Prancis yang menguntungkan untuk kapal selam diesel.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengobati Sakit Sariawan dengan Mudah, Salah Satunya Pakai Madu

Hal ini memicu kemarahan di Paris, yang telah menarik duta besarnya dari Amerika Serikat dan Australia.

Menteri luar negeri Prancis mengklaim negaranya telah mengalami "tikaman dari belakang".

“Itu benar-benar menusuk dari belakang. Kami membangun hubungan kepercayaan dengan Australia, dan kepercayaan ini dikhianati. Ini tidak dilakukan antar sekutu," ungkap Jean-Yves Le Drian.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Express


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah