Mereka mengatakan bahwa Presiden meremehkan ancaman virus corona untuk mempertahankan citra publiknya.
Ini terjadi setelah Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov, dalam pidatonya di PBB pada hari Selasa, menolak laporan Covid-19 di negara itu.
Presiden mengatakan bahwa itu 'palsu' dan menambahkan bahwa tanggapan negara terhadap pandemi tidak boleh 'dipolitisasi'.
Ruslan Myatiev, seorang pengasingan dari Turkmenistan yang saat ini bekerja sebagai editor Turkmenist News yang berbasis di Belanda, mengatakan bahwa ia secara pribadi telah mengumpulkan nama-nama lebih dari 60 orang yang telah meninggal di negara itu karena penyakit Covid-19.
Nama-nama tersebut termasuk guru, seniman, dan dokter.
Baca Juga: Siapa Siap Kudeta Chelsea? Menanti Duel Klopp-Guardiola di Laga Liverpool vs Man City
Dia telah memverifikasi semua kematian yang terdaftar dengan catatan kesehatan, sinar-X, yang mengungkapkan kerusakan paru-paru parah, dan perawatan medis yang sesuai dengan korban Covid-19, kata Myatiev.
"Alih-alih menerimanya dan bekerja sama dengan komunitas internasional, Turkmenistan memutuskan untuk tetap bertahan," ungkapnya, seperti dikutip dari DNA India.
Tahun lalu pada bulan Juni, kedutaan AS di ibu kota Turkmenistan, Ashgabat, mengeluarkan peringatan kesehatan di tengah 'laporan warga setempat dengan gejala yang konsisten dengan Covid-19'.
Artikel Rekomendasi