Jenazah Tentara India yang Tewas Usai Bentrokan Brutal, Kini Dikabarkan Telah Dimutilasi Tiongkok

- 20 Juni 2020, 14:29 WIB
Orang-orang Tibet di pengasingan dan warga India setempat membakar bendera nasional Tiongkok selama protes di Dharmsala, India, Jumat, 19 Juni 2020. India mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya menggunakan saluran diplomatik dengan Tiongkok untuk mengurangi ketegangan militer di daerah perbatasan Himalaya yang terpencil tempat 20 Tentara India terbunuh minggu ini.*
Orang-orang Tibet di pengasingan dan warga India setempat membakar bendera nasional Tiongkok selama protes di Dharmsala, India, Jumat, 19 Juni 2020. India mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya menggunakan saluran diplomatik dengan Tiongkok untuk mengurangi ketegangan militer di daerah perbatasan Himalaya yang terpencil tempat 20 Tentara India terbunuh minggu ini.* /AP Photo/Ashwini Bhatia/

PR PANGANDARAN - Sebanyak 20 tentara India meninggal usai bentrokan yang terjadi di kawah lembah Glawan pecah. Konflik bersenjata antara Tiongkok dan India kembali memanas.

Dilaporkan India Today yang dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com, diantara 20 tentara yang tewas akibat bentrokan besar itu, beberapa jenazah ditemukan mati dengan keadaan tak utuh atau dimutilasi.

Sedangkan menurut BBC News, belum ada info resmi dari otoritas militer India terkait adanya kabar mutilasi yang menimpa tentaranya itu.

Baca Juga: 3 Hari Tak Kunjung Pulang, Nelayan di Pangandaran Diduga Hilang Terbawa Arus hingga ke Tengah Laut

Namun, terkait beredarnya foto pada Kamis, 18 Juni 2020 lalu, yang menunjukan senjata tentara Tiongkok dan India dalam bentorkan tersebut benar adanya.

Foto itu menampilkan tongkat pemukul yang dipasangi paku tajam dan kawat berduri di sekelilingnya.

Media Inggris BBC, memperoleh foto tersebut dari seorang perwira senior milter India di perbatasan India-Tiongkok, yang mengatakan senjata itu digunakan oleh tentara Tiongkok, bukan India.

Baca Juga: 'Maaf Ya, Aku Kangen Banget Sama Anak-anak', Kata-kata Pertama Dwi Sasono saat Dijenguk Widi Mulia

Lebih dalam, Ajak Shukla, yang pertama kali memposting gambar senjata itu menyebut penggunaan senjata menadandakan bahwa perilaku mereka brutal.

Seperti diberitakan Pikiran-rakyat.com sebelumnya, bentrokan antar keduanya tidak pernah menggunakan senjata api. Hal itu sudah menjadi kesepakatan bersama sejak tahun 1996 laut.

Bahkan saat ini penggunaan ledakan juga sangat dilarang keras oleh pemerintah, apalagi jika diledakan di wilayah perbatasan.

Baca Juga: Ramai Diborong Konsumen Indonesia, BPOM: Dexamethasone Obat Keras, Bukan untuk Cegah Covid-19!

Namun kini, bentrokan yang melibatkan kedua nagara itu menggunakan sejata dan ledakan bom untuk meluluhlantahkan penentang.

BBC juga melaporkan bahwa 10 tentara India dibebaskan oleh China usai bentrok ini. Menurut Shiv Aroor, editor senior di harian India Today, pembebasan tentara India memunculkan sejumlah poin kunci dalam perundingan kedua pihak pada Rabu, 17 Juni 2020.

Laporan soal pembebasan 10 tentara India ini muncul setelah beredar foto senjata yang digunakan dalam bentrokan itu

Baca Juga: Dokter Inggris Paparkan Cara Kerja Obat Dexamethasone dalam Tubuh Penderita Covid-19

Sementara itu, baku hantam yang melibatkan para serdadu Tiongkok dan India sering terjadi sudah lama.

Sejak Mei lalu, bentrokan juga sempat pecah di kawasan yang disengketakan ini. Namun, kematian sejumlah tentara akibat bentrokan pada Senin 15 Juni 2020 adalah korban tewas pertama dalam setidaknya 45 tahun terakhir.

Sedangkan menurut laporan medai Tiongkok, sebanyak 40 serdadu Tiongkok dikabarkan meninggal dunia, meski belum dikonfirmasi kebenarannya.

Baca Juga: Ilmuwan Yakin 2 Miliar Vaksin Covid-19 Tersedia Akhir Tahun, Tiga Kelompok Ini akan Diprioritaskan

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menuding militer India telah dua kali melintasi perbatasan, "memprovokasi dan menyerang personel China, menyebabkan konfrontasi fisik yang serius antara pasukan perbatasan di kedua pihak", sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Tiongkok mengklaim "kedaulatan di kawasan Lembah Galwan", klaim yang disebut India sebagai "berlebihan dan tidak bisa dipertahankan".***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: BBC AFP India Today


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah