"Agenda anti-Muslim Presiden Prancis Macron membuahkan hasil! Charlie Hebdo baru saja menerbitkan serangkaian yang disebut kartun penuh dengan gambar-gambar tercela yang konon adalah presiden kita," tulis Altun, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari France24.
Intervensi dari Charlie Hebdo terjadi selama perang kata-kata yang meningkat antara Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, juga petinggi Eropa lainnya usai pemenggalan seorang guru sekolah di Prancis, Samuel Paty.
Baca Juga: Bongkar Motif di Balik Ujaran Kebencian Gus Nur, Polisi: Dia Resah, NU Sekarang Berbeda dengan Dulu
Sebelumnya, Paty membahas soal karikatur Nabi Muhammad SAW saat mengajar di kelas, yang kemudian memicu protes dari sejumlah orang tua murid yang merupakan Muslim.
Paty diserang dan dipenggal saat pulang kerja pada 16 Oktober, polisi kemudian menembak mati pelaku.
Pada saat itu Macron bersumpah Prancis tetap solid pada tradisi dan hukum sekulernya yang menjamin kebebasan berbicara yang memungkinkan publikasi anti-Muslim seperti dilakukan Charlie Hebdo dapat dilakukan.
Baca Juga: Dijuluki 'Million Seller' hingga Kerap Rajai iTunes, Intip 5 Pencapaian BLACKPINK Lewat The Album
Sebelumnya Erdogan menyatakan memboikot barang-barang asal Prancis mengikuti negara-negara Islam lainnya yang protes pada Macron. Pernyataan Macron setelah pembunuhan Paty dinilai menyudutkan Islam.
Cover Erdogan juga menambah aksi Charlie Hebdo setelah pada 1 September menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad, meski pada 2015 karya mereka itu sempat memancing serangan yang membunuh 12 orang termasuk beberapa kartunis terkenal di Prancis.
"Jangan pernah menghargai barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya," tutur Erdogan.***
Artikel Rekomendasi