Usai 14 Orang Tentara Tewas Gegara ISIS, Kini Iklim Pilpres di Burkina Faso Penuh Gejolak Ketegangan

- 18 November 2020, 15:44 WIB
Ilustrasi kelompok teroris ISIS.
Ilustrasi kelompok teroris ISIS. /Twitter @qwerty14117587/

PR PANGANDARAN – Para pemilih di Burkina Faso akan menuju tempat pemungutan suara pada hari Minggu.

Ini merupakan pemilihan kedua di negara itu sejak pemberontakan populer pada tahun 2014 yang menggulingkan penguasa lama Blaise Compaore.

Ketidakamanan disebabkan perang yang menghancurkan di bagian barat wilayah Sahel Afrika yang juga menyebar di Burkina Faso.

Baca Juga: Sekelompok Orang Berkumpul di Depan Gedung DPR RI dan Ramai-ramai Lemparkan Koin, Ada Apa? 

Presiden Roch Kabore memenangkan pemungutan suara tahun 2015 dan sekarang sedang mencari lima tahun lagi untuk berkuasa.

Meskipun ada kecenderungan kuat bagi petahana di kawasan untuk memenangkan pemilihan ulang, analis Burkinabe mengatakan hasil tersebut bukan kesimpulan yang pasti.

Kabore menghadapi 12 penantang lainnya, dengan Eddie Komboigo.

Baca Juga: Sekelompok Orang Berkumpul di Depan Gedung DPR RI dan Ramai-ramai Lemparkan Koin, Ada Apa?

Kandidat partai Kongres untuk Demokrasi dan Kemajuan (CDP) yang dimulai oleh Compaore, yang sekarang berada di pengasingan, dipandang sebagai salah satu dari dua saingan utamanya.

Yang lainnya adalah Zephirin Diabre, kandidat dari partai Union for Progress and Reform (UPC) dan mantan menteri keuangan di bawah Compaore.

Pada hari Rabu, Kabore dan karavan anggota MPP tiba di kota Kaya dan disambut para pendukung yang berpakaian oranye dan putih.

Baca Juga: Kini Hidup Tanpa 'Kebal Hukum', Benarkah Trump Bakal Diseret Kembali dalam Kasus Suap Video Porno?

Terletak di tengah-utara Burkina Faso, Kaya telah terbiasa dengan konvoi pengungsi internal (IDP) yang mencapai batas kota, tetapi tidak begitu dengan politisi.

Ketika ditanya apakah menurutnya MPP telah melakukan tugasnya dengan baik pada periode pertama, salah satu IDP pada demonstrasi tersebut, Rasmata Sawadogo, memberikan jawaban.

 “Ya. Kami punya sekolah. Kami juga punya beberapa rumah sakit, serta jalan. Pemerintah juga mencoba melawan terorisme, tetapi itu tidak mudah. Itu sebabnya saya sekarang di Kaya. Teroris datang tiga kali ke desa kami," ungkapnya.

Baca Juga: Daniel Mananta Pilih Pamit dari Indonesian Idol dan Digantikan Boy William, Maia: Kenapa Pilih Dia?

Tahun lalu, konflik tersebut menyebabkan lebih dari 2.000 kematian di Burkina Faso dan juga menarik pasukan dari Prancis dan Amerika Serikat dalam upaya untuk mengalahkan kelompok bersenjata.

Termasuk beberapa yang terkait dengan kelompok ISIL (ISIS) dan al-Qaeda.

Lebih dari satu juta orang Burkinabe telah mengungsi akibat pertempuran tersebut.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Debat Publik Pilbup Pangandaran 2020 'Jeje Vs Adang' yang Akan Digelar Hari Ini!

Boukari Sawadogo, pengungsi lain dan pendukung Kabore memberikan tanggapannya.

“Terorisme itu bukan kesalahan Kabore. Kami berdoa agar dia menang lagi dan menjaga kami,” terangnya.

Sementara dalam proses pemilihan gangguan terus berlanjut.

Baca Juga: Mitos atau Fakta: Benarkah Pasien Covid-19 Bisa Mengalami Kerontokan Rambut? Ini Penjelasannya

Ketika calon presiden utama, termasuk Kabore mengumumkan penangguhan kampanye selama 48 jam.

Hal ini dilakukan sebagai tanda berkabung. Setelah 14 anggota pasukan keamanan tewas dalam penyergapan oleh kelompok bersenjata dua hari sebelumnya.

Serangan itu kemudian diklaim oleh ISIS di kelompok Sahara Raya.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah