Bahkan, orang yang mempunyai hadast besar pada malam hari dan belum sempat mandi wajib, lalu dia melaksanakn puasa, maka puasanya di siang hari tetap sah.
Dalam kitab al-Mausu’atul Fiqhiyyah (16/55) dijelaskan:
يَصِحُّ مِنْ الْجُنُبِ أَدَاءُ الصَّوْمِ بِأَنْ يُصْبِحَ صَائِمًا قَبْل أَنْ يَغْتَسِل. فَإِنَّ عَائِشَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ قَالَتَا : نَشْهَدُ عَلَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أِنْ كَانَ لِيُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ غَيْرِ احْتِلاَمٍ ثُمَّ يَغْتَسِل ثُمَّ يَصُومُ.
Artinya,
“Orang yang memiliki hadats junub (hadats besar), sah melaksanakan puasa meski ia belum sempat mandi besar sampai pagi puasa. Siti ‘Aisyah dan Ummu Salamah pernah berkata, ‘Kami melihat Nabi Muhammad saw pagi-pagi masih memilki hadats junub yang bukan karena mimpi basah, lalu beliau mandi besar dan tetap melaksanakan puasa.”
Baca Juga: Besok Tahapan Seleksi Sekolah Kedinasan 2022 Mulai Dibuka. Berikut Link Cara Pendaftarannya
Saat bulan puasa memang ada anjuran mandi, tetapi bukan mandi wajib, melainkan mandi sunnah yang dianjurkan dilakukan setiap malam bulan puasa.
Dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri (1/81) dijelaskan:
و بقية الأغسال المسنونة مذكورة في المطولات منها الغسل لدخول المدينة الشريفة...ولكل ليلة من رمضان و قيده الأذرعي بمن يحضر الجماعة والمعتمد عدم التقييد بذالك
Artinya,
Artikel Rekomendasi