Tradisi 'Kawin Tangkap' Viral Usai Video Wanita Nangis dan Teriak Akibat Diseret Para Pria Beredar

28 Juni 2020, 17:50 WIB
Ilustrasi /Doc PR-Depok

PR PANGANDARAN - Viral di media sosial, sebuah video menunjukan seorang perempuan menangis dan berteriak digotong sejumlah pria dan dibawa masuk ke satu rumah di Kabupaten Sumba Tengah, NTT.

Selain itu, video lainnya menunjukan seorang perempuan 'diculik' oleh empat pria saat berada di satu terminal di Kota Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Belakangan diketahui, diduga video itu merupakan rangkaian dari tradisi 'kawin tangkap', praktik yang dianggap lazim di kalangan masyarakat Sumba, khususnya di daerah pedalaman.

Baca Juga: Fenomena Unik Indonesia, Kenampakan 'Salju' yang Menutupi Sungai di BKT Jadi Tontonan Warga

Dilihat PikiranRakyatPangandaran.com dari kanal YouTube Pantau.com, tradisi ini sebenarnya sudah praktik turun menurun.

Kendati demikian, praktik itu tidak sesuai dengan adat yang sesungguhnya. Menurut Rambu kepada Antara, pada zaman dulu, ia menuturkan, orang yang menjalankan praktik kawin tangkap harus berasal dari keluarga kaya karena mahar yang harus dibayarkan ke pihak perempuan besar.

Perempuan yang akan 'ditangkap', menurut dia, juga sudah dipersiapkan, sudah didandani dengan pakaian adat lengkap, gelang gading, dan aneka perhiasan.

Baca Juga: Pecahkan Rekor Dunia, 10 Juta Penduduk Bumi Dinyatakan Positif Covid-19 Hanya dalam Waktu 6 Bulan

Pria yang akan menikahi perempuan itu pun mengenakan pakaian adat lengkap dan menunggang kuda berhias kain adat.

Setelah perempuan 'ditangkap', pihak laki-laki akan mengirim utusan ke keluarga perempuan untuk menyampaikan informasi mengenai kejadian kawin tangkap tersebut.

Namun, menurut Rambu, sekarang praktik kawin tangkap lebih mengarah pada penculikan dan membuat kaum perempuan Sumba, khususnya di Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya, hidup dalam ketakutan.

Baca Juga: Iduh Adha saat Pandemi Covid-19, PP Muhammadiyah: Sebaiknya Kurban Diganti dengan Sedekah Uang

Sementara itu, peneliti Janet Alison Hoskin yang melakukan riset di Sumba Barat Daya dan Joel C Kuipers yang melakukan penelitian di Wawewa Sumba Barat, menyatakan, kawin tangkap bukanlah budaya atau tradisi, melainkan praktik yang terus-menerus berulang di Pulau Sumba.

Sedangkan, menurut antropolog dari Universitas Widya Mandira Kupang Pater Gregorius Neonbasu, praktik kawin tangkap di Pulau Sumba hanyalah tindakan pragmatis yang terjadi karena kondisi dan iklim kehidupan sesaat.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler