PR PANGANDARAN - Dalam memperingati Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI) resmi merilis uang edisi khusus pada Senin (17 Agustus 2020).
Uang edisi khusus terbaru ini memiliki nominal Rp75 ribu dalam bentuk kertas.
Namun siapa sangka jika di dalam uang edisi baru tersebut terdapat gambar sebuah pakaian adat Suku Tidung, yakni salah satu suku yang terdapat di Kalimantan Utara.
Baca Juga: Besok Peringatan Tahun Baru Islam, Fachrul Razi: Persatuan Menuju dan Mewujudkan Indonesia Maju
Sempat beredar kabar jika pakaian adat yang terdapat di dalam uang pecahan senilai Rp75 ribu tersebut, salah satunya merupakan berpakaian khas tradisional Tiongkok
Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata pakaian yang disangka milik Tiongkok tersebut merupakan salah satu busana khas suku di Kalimantan Utara yakni suku Tidung. Lalu sebenarnya apa saja fakta unik dari suku Tidung yang banyak orang lain tidak tahu?
Berikut ini beberapa fakta unik suku Tidung yang baju adatnya ada di uang Rp75.000. Diantaranya:
Baca Juga: Viral Baliho Giring Nidji Jadi Calon Presiden 2024, Netizen Sebut Jangan Halu Hingga Menghayal?
1. Suku Tidung Merupakan Anak Negeri Sabah
Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara).
Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah).
Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Tetapi akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Baca Juga: Kabar Baik! Zona Merah Penyebaran Covid-19 Indonesia Menurun, Begini Penjelasan Rinciannya
Makanya suku ini termasuk salah satu penduduk asli yang mendiami provinsi Kalimantan Utara.
2. Suku Milik Dua Negara
Lokasinya yang berada di paling utara Provinsi Kalimanta Utara, membuat suku ini berbatasan langsung dengan kedaulatan negara Malaysia. Oleh sebab itu, suku ini menjadi salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia.
3. Pada Masanya Menganut Sistem Kerajaan
Pada masanya terdapat kerajaan yang menaungi suku ini. Kerajaan itu bernama Kerajaan Tidung atau dikenal pula sebagai Kerajaan Tarakan.
Baca Juga: Amanda Caesa Bantah Hubungan dengan Dul Jaelani Settingan, Malahan Pernah Jalan Bareng Hingga Curhat
Wilayah Kerajaan Tidung berbatasan dengan Kesultanan Bulungan, awalnya mereka memiliki hubungan erat satu sama lain.
Namun ketika dijajah Belanda, pihaknya mengadu domba dua kerajaan tersebut sehingga mengakhiri kedekatan dan kerja sama diplomatik keduanya.
Kala memasuki masa kejayaan yang dipimpin oleh Raja Bengawan, wilayah kekuasaannya pun sangat besar, bahkan lebih besar dari Kabupaten Bulungan saat ini.
Baca Juga: Ingat! Dana Subsidi Karyawan Harus Tepat Sasaran Khususnya Pekerja 3 Sektor Berikut
Adapun luas wilayah kekuasaan Kerajaan Tidung meliputi Tanjung Mangkaliat (selatan) hingga kudat, Malaysia (Utara).
Lalu berkembang dan meluas meliputi Beluran, Betayau, Bunyu, Kalabakan, Labuk, Lumbis, Malinau, Mandul, Mentarang, Nunukan, Pulau Sebatik, Salim Batu, Sebuku, Sekatak, Sembakung, Serudung, Sesayap, Semendalen, Soembol, dan Tarakan.
4. Memiliki Bahasa Sendiri
Suku ini memiliki bahasa sendiri yakni Bahasa Tidung dialek Tarakan. Sejumlah kata-kata bahasa Tidung pun memiliki kesamaan dengan bahasa Kalimantan lainnya.
Baca Juga: Sebut Keinginan Masyarakat, Artis Dina Lorenza Resmi Dampingi Gun Gun di Pilkada Kabupaten Bandung
Keberadaan Bahasa Tidung secara garis besar tersebar di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, hingga Sabah Malaysia.
5. Masih Kerabat dengan Suku Dayak
Kemungkinan besar ini masih memiliki darah kerabat dengan Suku Dayak terutama rumpun Murut.
6. Tak Dianggap Suku Dayak karena Beragam Islam
Meski masih kerabat dengan salah satu rumpun Dayak, Suku Tidung tak diangap termasuk ke dalam rumpun Dayak lantaran mayoritas anggota sukunya beragam Islam.
Baca Juga: Rizky Febian Kapok Kenalkan Calon Pacar Kepada sang Ayah Karena ini
Oleh sebab itu, suku ini kerap disebut sebagai salah satu suku yang masuk ke dalam Suku Melayu seperti Suku Kutai, Pasir, dan Banjar.***