Mardigu membenarkan hal itu karena semua produsen berasal dari negara tersebut.
“Kalau kita lihat betul, karena seluruh produsennya adalah mereka, jadi bukan di Tiongkok,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Mardigu mengungkapkan bahwa ini berasal dari kaum globalis yang ingin mengendalikan, dan juga kemudian dipakai untuk sarana politik.
“Jadi kita bukan menuduh China, bukan menuduh Amerika. Kita lebih menuduh globalis. Lebih menuduh ini adalah trading transaksional dari farmasi. Tapi di sisi Amerika, ini dipakai tool. Makannya, ini yang kita bilang bahwa pandemic di Amerika untuk mukul Trump, jadi Covid jadi political tool,” ujar Mardigu menjelaskan.
Baca Juga: Gunakan Parasut, Sinterklas Ini Malah Terjebak di Kabel Listrik Usai Lakukan Terjun Payung
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pemilihan pemerintah di Amerika telah berakhir, Mardigu menuturkan bahwa Covid di Amerika dan dunia telah menjadi pandemi biasa karena peran penyakit menular sebagai sarana politik di Amerika telah berakhir.
“Nggak bisa, kalau liat di Amerika, mungkin ini di asas-in, alias ini semua dipakai supaya tertular, ditarget gitu kan karena itu disebut political tool. Di mana kita bilang nanti setelah November, menang ngga menang istilahnya tetep Trump (yang) jadi atau Biden yang jadi, Covid di Amerika atau di dunia bahkan sudah bukan political tool lagi, tapi menjadi pandemic biasa bukan untuk merubuhkan pemerintahan, bukan untuk menggoyangkan Amerika, bukan untuk menggoyangkan Tiongkok lagi. Udah selesai tugasnya,” ujarnya.
Mardigu mengungkapkan bahwa dari awal dirinya mempercayai bahwa Covid memanglah ada, dan mematikan. Namun, dirinya juga percaya bahwa ada konspirasi di baliknya.
“Saya percaya dari pertama. Saya percaya ini deadly, mematikan, dua, saya percaya ini konspirasi,” ujarnya tegas.
Baca Juga: Ada Dugaan Gibran Terlibat Korupsi Bansos, KPK Siap Bergerak Cari Kebenaran
Artikel Rekomendasi