Penemuan Manusia Purba Wanita di Indonesia Bisa Ubah Teori Migrasi Manusia Purba

- 6 Oktober 2021, 14:30 WIB
Ilustrasi. Sebuah penemuan tentang kerangka manusia purba wanita di Indonesia dikabarkan bisa mengubah teori migrasi makhluk tersebut.
Ilustrasi. Sebuah penemuan tentang kerangka manusia purba wanita di Indonesia dikabarkan bisa mengubah teori migrasi makhluk tersebut. /Pixabay/Stefan Keller

PR PANGANDARAN - Teori tentang migrasi manusia purba di Asia dapat diubah oleh penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada bulan Agustus, setelah analisis asam deoksiribonukleat (DNA), atau sidik jari genetik, dari wanita yang diberi upacara pemakaman ritual di sebuah gua di Indonesia.

Jejak genetik dalam tubuh seorang wanita muda yang diperirakan meninggal 7.000 tahun lalu memberikan petunjuk pertama bahwa pencampuran antara manusia purba di Indonesia dan yang berasal dari Siberia, jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Ada kemungkinan bahwa wilayah Wallacea bisa menjadi titik pertemuan dua spesies manusia, antara Denisovans dan homo sapiens awal,” kata Basran Burhan, seorang arkeolog dari Universitas Griffifth Australia.

Baca Juga: Riset: Vaksin Pfizer Disebut Efektif 90 Persen Mencegah Hal Ini pada Penderita Covid 19

Dikutip Pikiran-Rakyat-Pangandaran.com dari Reuters, Burhan, salah satu ilmuwan yang ikut dalam penelitian tersebut, merujuk pada wilayah Indonesia yang mencakup Sulawesi Selatan tempat ditemukannya jasad dengan batu di tangan dan panggulnya, ditemukan di kompleks gua Leang Pannige.

Denisovans adalah sekelompok manusia purba yang dinamai dari sebuah gua di Siberia tempat jenazah mereka pertama kali diidentifikasi pada tahun 2020 dan para ilmuwan hanya memahami sedikit tentang mereka, bahkan detail penampilan mereka.

DNA dari Besse, demikian para peneliti menamai wanita muda di Indonesia, menggunakan istilah bayi perempuan yang baru lahir dalam bahasa daerah Bugis, adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis.

Baca Juga: Merasa Dekat dengan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim Leburkan Kemendikbud dan Kemenristek

Hal itu menunjukkan bahwa dia adalah keturunan dari orang-orang Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania namun dengan masuknya sebagian kecil Denisovans, kata para ilmuwan.

“Analisis genetik menunjukkan bahwa penjelajah pra-Neolitikum ini mewakili garis keturunan manusia berbeda yang sebelumnya tidak diketahui,” kata mereka.

Pasalnya para ilmuwan sampai saat ini mengira, orang Asia Utara seperti Denisovans baru tiba di Asia Tenggara sekira 3.500 tahun yang lalu, DNA Besse mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba.

Baca Juga: Facebook Bantah Penelitian Internal yang Menyebutkan Instagram 'Toxic' bagi Gadis Remaja

Penemuan ini juga dapat menawarkan wawasan tentang asal-usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovans.

“Teori tentang migrasi akan berubah, teori tentang ras juga akan berubah," kata Iwan Sumantri, Dosen Universitas Hasanuddin, yang juga terlibat dalam proyek tersebut.

Kerangka Besse memberikan tanda pertama Denisovans di antara Austronesia yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x