Dedi Mulyadi Beri Solusi Bagi Pemerintah untuk Mengatasi Kelangkaan Kedelai

- 20 Februari 2022, 16:00 WIB
Menurut Dedi Mulyadi pemerintah harus melakukan antisipasi agar lonjakan harga kedelai tidak semakin tinggi.
Menurut Dedi Mulyadi pemerintah harus melakukan antisipasi agar lonjakan harga kedelai tidak semakin tinggi. /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

PANGANDARAN TALK - Isu merebaknya kelangkaan kedelai di Indonesia masih menjadi problematika yang belum usai.

Saat ini pemerintah mulai mengambil beberapa langkah untuk mengatasi pasokan kedelai di dalam negeri.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi meminta pemerintah untuk segera campur tangan dalam mengambil langkah taktis guna mengatasi isu mahalnya harga dan kelangkaan kedelai.

Di Indonesia, isu kedelai selalu terjadi di setiap tahunnya. Hal itu menjadi kendala bagi masyarakat, para pedagang tahu dan tempe.

Dedi Mulyadi menyebut, pemerintah harus melakukan antisipasi agar lonjakan harga kedelai tidak semakin tinggi.

Baca Juga: Ditengah Kelangkaan Pasokan dan Mahalnya Harga Minyak Goreng, Produsen Sawit Siap Pasok 13 Juta Liter

“Isu mahal dan langkanya kedelai di pasaran membuat sejumlah pedagang tahu dan tempe berencana menggelar aksi mogok produksi. Itu selalu terjadi setiap tahun. Jadi harus ada langkah taktis jangka pendek dan jangka panjang dari pemerintah,“ kata Dedi, dalam sambungan telepon, di Purwakarta, Sabtu.

Dedi Mulyadi mengatakan, langkah panjang yang harus dilakukan ialah mendorong peningkatan jumlah produksi kedelai di dalam negeri.

Langkah jangka pendeknya ialah harus menyiapkan ketersediaan kedelai sesuai dengan kebutuhan pasar.

Menurut Dedi Mulyadi, pemerintah harus memiliki terobosan baru di tengah isu mahal dan langkanya kedelai.

Pasalnya, kedelai sebagai salah satu kebutuhan dasar pangan rakyat di Indonesia.

Baca Juga: Aksi Akting Iko Uwais di Film Fistful of Vengeance yang Tayang di Netflix

Dedi Mulyadi meminta Kementerian Perdagangan segera mengambil langkah dengan mendorong ketersediaan kedelai di pasaran guna menstabilkan harga.

Sebab hal itu akan membuat harga akan stabil saat kedelai tersedia dan mudah didapatkan.

“Kedelai di kita memiliki kualitas baik, dan itu rasanya enak dibanding yang impor. Tapi sering kali untuk kepentingan tempe kurang diminati karena ukurannya dianggap kecil dibanding impor yang ukurannya besar. Itu yang mendorong pedagang menyukai kedelai impor,” kata Dedi Mulyadi, dikutip PangandaranTalk.com dari laman Antara pada 20 Februari 2022.

Kurangnya produksi kedelai di dalam negeri disebabkan karena kurangnya minat petani, karena secara ekonomis harga kedelai lebih rendah daripada padi dan jagung.

Sehingga dalam hal ini juga perlu intervensi agar ada langkah strategis dalam mengatasinya.

Dedi Mulyadi menyampaikan, Kementerian Pertanian harus segera membuat perencanaan untuk melakukan penanaman secara serentak, penyediaan lahan, bibit unggul yang sesuai kebutuhan pasar Indonesia, tenaga pendamping hingga sejumlah alat produksi pascapanen.

Baca Juga: Indra Kenz Siap Jalani Proses Hukum, Bagaimana dengan Doni Salmanan?

“Karena pascapanen harus ada mesin pemanas, mesin pemilahnya, kalau perlu disediakan karung kedelai. Karena salah satu problem di kita ini adalah karung dari petani bukan murni untuk kedelai tapi bekas. Kemudian kedelai tidak dalam keadaan bersih karena bercampur dengan bahan lain. Sehingga pembeli tidak tertarik lagi,” ucap Dedi Mulyadi.

Isu kelonjakan harga kedelai merupakan isu klasik setiap tahunnya.

“Itu diperlukan langkah efektif dan nyata dari Kemendag dan Kementan. Sehingga misal ada kesepakatan intervensi tanam tapi harus dijamin ada yang membeli itu kedelainya. Sering kali petani mengalami kerugian karena menanam kedelai tapi dijual harga yang murah,” kata Dedi Mulyadi.***

Editor: Fikri Mahendra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x