Namun, menurut Rambu, sekarang praktik kawin tangkap lebih mengarah pada penculikan dan membuat kaum perempuan Sumba, khususnya di Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya, hidup dalam ketakutan.
Baca Juga: Iduh Adha saat Pandemi Covid-19, PP Muhammadiyah: Sebaiknya Kurban Diganti dengan Sedekah Uang
Sementara itu, peneliti Janet Alison Hoskin yang melakukan riset di Sumba Barat Daya dan Joel C Kuipers yang melakukan penelitian di Wawewa Sumba Barat, menyatakan, kawin tangkap bukanlah budaya atau tradisi, melainkan praktik yang terus-menerus berulang di Pulau Sumba.
Sedangkan, menurut antropolog dari Universitas Widya Mandira Kupang Pater Gregorius Neonbasu, praktik kawin tangkap di Pulau Sumba hanyalah tindakan pragmatis yang terjadi karena kondisi dan iklim kehidupan sesaat.***
Artikel Rekomendasi