5 Teori Konspirasi 'Menakutkan' Soal Covid-19, Sengaja Diciptakan hingga Vaksin 'Penyelamat Dunia'

- 10 September 2020, 15:03 WIB
Ilustrasi covid-19.
Ilustrasi covid-19. /Pexels/*/Pexels

PR PANGANDARAN - Angka positif Covid-19 di Indonesia terus menunjukan grafik kenaikan setiap harinya.

Sejak kemunculan awal pada 2 Maret 2020 lalu, kini Indonesia telah melaporkan angka positif lebih dari 200 ribu orang.

Berdasarkan pantauan merinci PikiranRakyat-Pangandaran.com dari situs Covid.go.id, jumlah kasus per Rabu sore, 9 September 2020 telah mencapai 203.324 orang.

Baca Juga: Ini Bocoran Jadwal Cair Subsidi Gaji Tahap III Rp 600 Ribu, Giliran 3,5 Juta Penerima Cek Rekening!

Hal itu lantaran penambahan kasus positif dalam 24 jam terakhir mencapai angka 3.307 orang.

Sedangkan untuk pasien sembuh mengalami pertambahan sebanyak 2.242 orang, sehingga totalnya menjadi 145.200 orang.

Meskipun jumlah pasien sembuh lebih dari setengah pasien positif, tapi melihat jumlah pasien positif yang terus meningkat membuat Indonesia berada pada kondisi mengkhawatirkan.

Baca Juga: Tim Vaksin Merah Putih Injakkan Kaki ke Istana, Presiden Jokowi Minta Pengembangan Dipercepat

Namun, masih banyak orang yang tidak sadar akan bahaya corona dan mengabaikan protokol kesehatan.

Ditambah banyak informasi-informasi yang belum tentu kebenarannya beredar di masyarakat, berikut deretan teori konspirasi yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber:

1. Virus Corona Hanya Flu Biasa

Mempunyai gejala yang hampir sama membuat banyak orang beranggapan jika virus corona sama dengan flu biasa.

Baca Juga: Gempar Arteria Dahlan Dituding Berdarah PKI, Umar Hasibuan: Akhirnya Terjawab Sudah, Ternyata...

Namun, nyatanya kedua virus ini berasal dari golongan yang berbeda dan memiliki karakteristik yang juga berbeda.

“Virus corona dan flu biasa ini menyerang sistem pernafasan. Akan tetapi, batuk, demam, dan sesak nafas adalah hal yang sering dikaitkan dengan Covid-19,” ucap Hirsch seorang dokter penyakit menular di New York.

Gejala lain yang diderita oleh pasien positif corona yaitu gangguan pengecapan atau penciuman, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan diare.

Baca Juga: Menakjubkan! Berikut 10 Foto Langka Pantai Pangandaran Tahun 70-an Milik Peneliti Belanda

Adanya persamaan gejala kedua virus ini membuat banyak orang sering menganggap sepele jika mengalami gejala-gejala tersebut.

2. Virus Corona Hanya Menyerang Lansia

WHO menyebutkan jika sekitar 14% orang yang terinfeksi corona harus dirawat di rumah sakit dan 5% berakhir dirawat intensif.

Meskipun lansia lebih rentan terinfeksi virus corona karena kekebalan tubuh yang menurun, tapi orang yang masih muda pun tak selalu aman dengan virus ini.

Baca Juga: Menakjubkan! Berikut 10 Foto Langka Pantai Pangandaran Tahun 70-an Milik Peneliti Belanda

Data membuktikan virus corona ini menyerang pasien dari segala umur mulai dari anak kecil hingga lansia.

Apalagi ditambah jika imunitas tubuh sedang menurun, siapa pun bisa terinfeksi virus ini tanpa terkecuali.

3. Masyarakat Tidak Bisa Melakukan Apapun Selain Menunggu Vaksin

Menghadapi virus corona ini perlu adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

Baca Juga: Menakjubkan! Berikut 10 Foto Langka Pantai Pangandaran Tahun 70-an Milik Peneliti Belanda

Pemerintah membuat kebijakan dan masyarakat menjalankannya, seperti memakai masker, sering mencuci tangan, dan jaga jarak.

Menerapkan protokol kesehatan diyakini mampu menahan penularan virus corona yang semakin tinggi.

Hirsch menyebutkan jika pembuatan vaksin tak semudah yang dibayangkan, membutuhkan persiapan yang matang dan waktu yang tak sebentar.

Baca Juga: Semprot Kebijakan Baru Anies Baswedan, Nikita Mirzani: Coba Deh Pak Tahajud atau Istikharah Dulu!

Rentang waktu untuk membuat vaksin yaitu antara 12-18 bulan dan saat sudah selesai pun harus ada uji coba dulu sebelum dibagikan pada masyarakat.

4. Virus Corona Sengaja Diciptakan

Virus corona bukan virus mematikan pertama yang menjangkit dunia, sebelumnya ada virus SARS dan MERS.

Namun, sejak pertama kalinya muncul, virus corona menimbulkan banyak konspirasi yang beredar di masyarakat.

Baca Juga: BLT Rp600 Ribu Bakal Segera Cair, Pekerja Tak Penuhi Syarat Wajib Kembalikan Bantuan ke Kas Negara

Banyak orang tidak percaya pada pemerintah atau lembaga resmi dan lebih percaya pada teori yang beredar dan belum tentu kebenarannya.

Konspirasi mengenai virus corona ini sulit dicegah penyebarannya terutama di media sosial, dengan banyaknya pengguna internet membuat masyarakat rentan mendapat informasi yang salah.

5. Pemerintah Menyembunyikan Informasi

Banyaknya informasi yang beredar di media sosial membuat masyarakat lebih percaya apa yang mereka lihat dibandingkan penjelasan pemerintah atau bahkan WHO.

Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, Simak Alasan Mengapa Hari Olahraga Nasional Ditetapkan Setiap 9 September

Hal ini menyebabkan masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah dan membuat pemerintah atau lembaga resmi kehilangan kredibilitasnya.

Jika sudah seperti ini, masyarakat akan cenderung mengambil sikap sendiri dan mengabaikan anjuran pemerintah untuk menghadapi Covid-19 ini.

Sudah seharusnya masyarakat lebih percaya pada sumber terpercaya dan orang-orang yang ahli di bidangnya. Tak jarang berita yang ada di media sosial membuat masyarakat panik sehingga berpikir negatif dan memengaruhi imunitas tubuh.

Baca Juga: Terancam Dibunuh Tapi Ogah Ambil Ranah Hukum, Sule: Kasihan Keluarganya Kalau Dipenjarakan

Sistem imunitas yang lemah membuat tubuh rentan terinfeksi virus.***

 

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Health


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah