PR PANGANDARAN – Kabar mengejutkan datang dari negeri Tirai Bambu, Tiongok.
Pejabat Tinggi Amerika Serikat mengklaim bahwa Tiongkok telah melakukan pengujian manusia untuk menciptakan tentara super.
Amerika Serikat membuat klaim yang berani pada Jumat, 4 Desember 2020.
Baca Juga: Cek Fakta: Vaksin Covid-19 yang Tiba Tadi Malam Telah Dipasang Barcode, Ini Penjelasan Ahli
Ia mengatakan bahwa intelijen mereka menunjukkan Tiongkok telah melakukan 'pengujian manusia' terhadap tentara mereka atau yang biasa dikenal dengan nama ‘Tentara Pembebasan Rakyat’.
Pengujian terhadap tentara tersebut dilakukan dengan tujuan menciptakan ttentara super yang dapat ditingkatkan secara biologis.
Dilansir NBC News, Direktur intelijen nasional AS, John Ratcliffe mengungkapkan informasi tersebut melalui artikel Wall Street Journal.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Olga Syahputra Jadi Sosok di Balik Suksesnya OVJ, Ini Kisahnya
Dia membahasnya dalam artikel tersebut bahwa Tiongkok merupakan ancaman keamanan nasional utama bagi Amerika Serikat.
"Tidak ada batasan etika untuk mengejar kekuasaan di Beijing," kata Ratcliffe, yang juga mantan anggota Kongres Partai Republik dari Texas.
Namun, kantornya atau CIA belum menanggapi pertanyaan dari media mengenai gagasan bahwa Tiongkok berusaha menciptakan tentara super yang sama seperti komik Marvel Captain America.
Baca Juga: Info Subsidi Gaji BPJS Ketenagakerjaan: Karyawan yang Terima BLT Bakal Kena Sanksi dari Kemnaker
Meski kedengarannya tidak masuk akal, klaim ini sebenarnya bukannya tanpa alasan.
Pada tahun 2019 lalu, dua sarjana Amerika menulis makalah yang meneliti ambisi Tiongkok untuk menerapkan bioteknologi dalam perang.
Para ilmuwan juga menunjukkan tanda-tanda bahwa Tiongkok tertarik menggunakan teknologi replikasi gen untuk meningkatkan kinerja manusia.
Baca Juga: Masih Jadi Istri Gading, Gisel Ngaku Ada Data yang Bocor ke Hotman Paris: HP Itu Aku Kasih Manajer
"Ilmuwan dan ahli strategi militer Tiongkok telah secara konsisten menekankan bahwa bioteknologi dapat menjadi 'komando strategis baru yang tinggi dari Revolusi masa depan dalam Urusan Militer,’” tulis studi tersebut.
Sementara hingga saat ini, pemerintah Tiongkok belum menanggapi pertanyaan media tentang masalah tersebut.***