Wanita Tiongkok Ramai Enggan Menikah, Profesor Universitas Michigan: Jangan Bawa Semua Beban pada Mereka

21 April 2021, 14:20 WIB
Ilustrasi wanita Tiongkok yang enggan menikah, karena sudah mandiri secara finansial.* /YURI MANEI/Pexels.com/YURI MANEI

PR PANGANDARAN – Liang Wei, seorang wanita Tiongkok yang berusia 28 tahun mengatakan dia telah berkencan paling banyak setahun sejak hubungan serius terakhirnya berakhir empat tahun lalu, meski belum ada keinginan menikah.

Dengan pekerjaan di perusahaan konsultan pendidikan Shanghai, dia adalah wanita Tiongkok yang sudah mandiri secara finansial, bahkan telah memberi tahu orang tuanya yang cemas di provinsi Jiangxi untuk tidak menekannya menikah.

 “Mungkin saya tidak akan pernah menikah,” katanya sebagai salah seorang wanita Tiongkok..

Baca Juga: Kesalahan Pesanan yang Berujung Bahagia, Bermula dari Ingin Apel Tapi yang Datang Apple Iphone SE

Caroline Chen yang berusia 32 tahun, seorang pelatih pribadi di Beijing, mengatakan bahwa di kampung halamannya di Zhangjiakou, wanita seusianya sudah lama menikah dan memiliki anak.

Chen mengaku puas menjadi lajang dan memanjakan minat seperti merekam video dan pergi keluar dengan teman-temannya.

“Jika seseorang membesarkan pernikahan, saya akan lari,” katanya.

Baca Juga: Billy Syahputra Belum Nembak Meski Saling Suka, Denny Darko: Nunggu Momen untuk Menikahi Memes

Leta Hong Fincher, penulis buku tentang wanita Tiongkok, mengatakan bahwa sebagian besar wanita yang menolak pernikahan dan anak-anak tidak akan menyebut diri mereka feminis.

 “Tantangan terbesar bagi pemerintah adalah perempuan biasa hanya melawan tekanan untuk menikah dan memiliki anak,” katanya.

Pada tahun 1990, hampir semua wanita Tiongkok menikah sebelum usia 30 tahun.

Pada 2015, di kota-kota seperti Shanghai, sekitar seperlima wanita masih belum menikah hingga ulang tahun ke-30.

Baca Juga: Selalu Menimbang Berat Badan Tiap Minggu hingga Paksa Putrinya Tidak Gemuk, Ayah ini Berakhir Dipenjara

Tuan Xi telah membangun nilai-nilai Konfusianisme, termasuk pandangan konservatif tentang peran wanita dalam keluarga.

"Jika Anda memiliki wanita berpendidikan tinggi yang tidak ingin menikah, itu kemudian menjadi bagian dari kekhawatiran tentang nilai-nilai keluarga," ujar Xi.

Tuan Xi menyebut keluarga sebagai sel-sel masyarakat yang menopang kemakmuran bangsa.

Terlepas dari retorika seperti itu, lebih sedikit orang Tionghoa yang menikah setiap tahun.

Pada tahun 2019, pencatatan pernikahan di Tiongkok adalah 6,6 per 1.000 orang, dibandingkan dengan 9,6 pada tahun 2014.

Baca Juga: Rencana Lakukan Hubungan Badan dengan Bocah 8 Tahun, Pria Ini Malah Ditangkap FBI, Ini Kisahnya

Sebagian dari masalahnya adalah bahwa kebijakan satu anak selama puluhan tahun berarti kini jumlah orang yang berusia menikah lebih sedikit.

Khawatir juga dengan meningkatnya perceraian, pihak berwenang Tiongkok tahun ini melembagakan periode tenang selama 30 hari bagi pasangan yang ingin berpisah.

Dari kasus perceraian yang dibawa ke pengadilan, lebih dari 70% diprakarsai oleh wanita, kata hakim tertinggi di Tiongkok.

Sementara itu, Wang Zheng, seorang profesor studi wanita di University of Michigan, mengatakan saran pada pemerintah jika ingin mempertahankan pernikahan masyarakatnya.

"Pemerintah harus memiliki kebijakan yang mendukung keibuan dan tidak meletakkan semua beban ini pada wanita," katanya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Wall Street Journal

Tags

Terkini

Terpopuler