Jarang Terjadi, Studi Baru Sebut 'Ada Potensi' Pembekuan Darah Usai Vaksinasi Covid-19

12 Agustus 2021, 14:40 WIB
Ilustrasi vaksinasi Covid-19. studi baru ada potensi pembekuan darah usai vaksinasi. /Pixabay/Johaehn/

PR PANGANDARAN - Para peneliti mengatakan dalam studi baru, terdapat kemajuan dalam memahami gangguan pembekuan darah yang terkait dengan vaksinasi Covid-19.

Peneliti menggambarkan gangguan pembekuan darah sebagai hal yang sangat langka tetapi ada potensi 'menghancurkan'.

Sindrom pembekuan darah mempengaruhi sekitar 1 dari 50.000 orang di bawah usia 50 tahun yang menerima vaksin Covid-19 AstraZeneca Plc dan Universitas Oxford, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.

Baca Juga: Ayu Ting Ting 'Diteriaki' hingga Diusir oleh Kru TV, Ibunda Bilqis Dapat Ratusan Dukungan dari Netizen

Hampir seperempat dari pasien yang pasti atau mungkin memiliki kondisi tersebut meninggal.

Kemungkinan kematian meningkat menjadi 73% di antara mereka yang memiliki jumlah trombosit yang sangat rendah dan faktor lainnya, peneliti Inggris menemukan.

Kasus gangguan, yang disebut trombositopenia imun dan trombosis, telah menurun sejak pembatasan usia diperkenalkan dalam peluncuran, kata para ilmuwan Rabu.

Baca Juga: Lee Kwang Soo hingga Sehun EXO Bakal Bintangi Spin-off 'House on Wheels'

Para peneliti berharap temuan ini akan membantu negara-negara yang sangat bergantung pada vaksin AstraZeneca untuk menanggapi kondisi tersebut dan memutuskan siapa yang harus menerima suntikan.

Inokulasi telah dirundung oleh masalah keamanan yang mendorong beberapa regulator untuk membatasi penggunaannya untuk orang dewasa yang lebih tua. Gangguan ini dapat mempengaruhi anak muda, penerima vaksin yang sehat.

"Apa yang telah kami pelajari di Inggris sangat penting bagi negara lain," Sue Pavord, seorang peneliti di Rumah Sakit Universitas Oxford, mengatakan dalam sebuah pengarahan.

Baca Juga: Lee Kwang Soo hingga Sehun EXO Bakal Bintangi Spin-off 'House on Wheels'

"Jika mereka dapat mengenali kondisi ini dan mengelolanya dengan segera, mereka dapat melanjutkan dengan vaksinasi," katanya.

Data yang diterbitkan pada bulan Juli menunjukkan vaksin AstraZeneca tidak meningkatkan risiko gangguan setelah dosis kedua.

Tingkat perkiraan adalah 2,3 per juta pada orang yang menerima suntikan kedua, sebanding dengan apa yang ditemukan pada populasi yang tidak divaksinasi, tetapi tingkat setelah dosis tunggal lebih tinggi, pada 8,1 per juta.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler