Nenek Ini Nekat Jual Barang Peninggalan Putri Diana, Ternyata Demi Lunasi Tagihan Listrik

9 Oktober 2021, 13:30 WIB
Seorang nenek nekat menjual sejumlah barang peninggalan Putri Diana, ternyata demi melunasi tagihan listrik. /Mirror/

PR PANGANDARAN - Seorang nenek di Inggris terpaksa menjual sejumlah barang peninggalan Putri Diana demi membayar tagihan listriknya.

Adapun nenek yang nekat menjual sejumlah barang peninggalan Putri Diana tersebut bernama Sharon Shachar, diketahui memiliki tagihan listrik yang membengkak hingga 20 poundsterling atau Rp390 ribu  sekitar per minggu.

Sharon Shachar yang merupakan mantan resepsionis rumah sakit menjual barang peninggalan Putri Diana di Facebook.

Sejumlah barang peninggalan Putri Diana yaitu salah satunya piring pernikahan dan memorabilia kerajaan lainnya, ia berharap dapat diwariskan pada cucunya.

Baca Juga: Bawa Kisah Nabi Nuh, Gus Miftah Bantah Tudingan Menelantarkan Orang Tua: Ada Batasnya, Apalagi...

Dengan semua tagihan listrik naik, saya tidak akan mampu untuk menyalakan pemanas di bulan-bulan yang lebih dingin dengan £80 dipotong dari tagihan saya setiap bulan," kata Sharon kepada Mirror seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com Sabtu, 9 Oktober 2021.

"Saya hampir tidak mampu untuk makan. Saya menjual barang-barang di Facebook Marketplace untuk menghasilkan uang tambahan untuk menutupi gas dan listrik," tambahnya.

Sharon harus berjibaku untuk membayar tagihan listrik dan gas yang harus dilunasi setiap bulannya.

"Saya menjual beberapa surat kabar lama Putri Diana hari ini seharga £40. Saya ingin menyimpan surat kabar itu untuk cucu-cucu saya, tetapi saya membutuhkan uangnya," ujarnya.

"Saya juga telah menjual beberapa pakaian dan saya memiliki lebih banyak memorabilia kerajaan yang akan saya jual. Ini adalah situasi yang mengerikan. Saya tidak punya uang," ungkapnya.

Baca Juga: WHO Rekomendasikan Vaksin Malaria untuk Anak-Anak di Afrika, Jadi Harapan Bagi Beban Terberat Afrika

Sharon yang berasal dari Milton Keynes berusaha mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya.

Namun, tidak ada yang mau mempekerjakan dirinya.

Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai resepsionis di Rumah Sakit Universitas Milton Keynes setelah dia dipindahkan ke departemen yang berbeda dan menjadi tidak betah.

Nenek dua anak itu kemudian bergabung dengan perusahaan manajemen fasilitas Mitie, yang dikontrak oleh Network Rail, sebagai resepsionis pada Maret tahun lalu.

Baca Juga: Studi Baru: Gorila Lakukan 'Social Distancing' untuk Mencegah Penyebaran Penyakit

Namun, dia kehilangan pekerjaan ini selama pandemi dan terpaksa mendaftar ke Universal Credit.

Dia telah berhasil menutupi tagihannya berkat putrinya yang berusia 33 tahun, yang bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan kue.

Tetapi tekanan terus-menerus dan serangkaian penolakan untuk lamaran pekerjaan telah berdampak pada kesehatan mental Sharon.

Baca Juga: Cek Ramalan Shio Kuda, Shio Kambing dan Shio Monyet 9 Oktober 2021: Sulit Dapat Jodoh, Singkirkan Hal Ini

Diketahui Sharon mempunyai gangguan penglihatan dan pendengaran.

"Itu membuatku depresi dan cemas. Aku menangis sepanjang waktu. Aku tidak biasanya seperti ini, aku dulu bahagia.
Sekarang saya tidak keluar, saya tidak punya uang. Saya tidak bisa pergi ke mana pun, saya tidak bisa bersenang-senang, saya tidak bisa melakukan apa-apa," katanya.

Pemerintah Inggris berusaha meningkatkan tagihan kredit, namun rencana kenaikan tersebut akan dibatalkan bulan ini.

Baca Juga: 3 Makanan Ini Disebut Lebih Berbahaya dari Rokok, Salah Satunya Popcorn

Sharon sangat kecewa dengan kebijakan pemerintah Inggris tentang tagihan kredit yang menurutnya sangat memberatkan.

Ia ingin bertukar nasib dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan merasakan kehidupannya untuk sehari saja.

"Saya tantang dia untuk menjalani hidup saya selama sebulan, berbelanja di pasar, membeli makanan yang dikurangi dan hanya melihat bagaimana rasanya berjuang," pungkasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Mirror

Tags

Terkini

Terpopuler