Tradisi 'Keramat' Partai Sejak 1896 Dilanggar Donald Trump, Bryan: Kami Tidak Berkelahi, Rakyat...

20 November 2020, 16:50 WIB
Donald Trump. /Instagram.com/@realdonaldtrump

PR PANGANDARAN –William Jennings Bryan dari Partai Demokrat memulai tradisi Amerika Serikat sejak 1896.

Kala itu William McKinley dari Partai Republik diindikasikan sebagai pemenang dan akan segera dinobatkan.

Dengan menggunakan telegram, William Jennings Bryan mengakui kemenangan lawan politiknya McKinley. Kala itu ia memberikan ucapan selamat atas kemenangan kandidat lawannya pada 5 November 1896 di Lincoln.

Baca Juga: Usai Tewaskan 1.000 Orang dan Teken Kesepakatan Damai, Azerbaijan Kini Masuki Nagorno-Karabakh

Pesan itu menjadi tradisi bertahan bagi kandidat Presiden Amerika Serikat yang kalah agar mengakui pemenangnya.

Tradisi ini telah bertahan hingga 120 tahun. Namun semua runtuh ketika Donald Trump menolak mengakui kemenangan Joe Biden sebagai Presiden terpilih.

Dalam sebuah memoir milik Bryan yang berjudul “Sebuah Kisah Kampanye tahun 1896”, ia mengatakan bahwa sebagai sesama kandidat Presiden, mereka tidaklah saling berkelahi.

Baca Juga: Jangan Sering Upload Foto Selfie! Bahaya Deepfake Mengincar Terutama Kejahatan Pornografi, Apa Itu?

“Kami tidak berkelahi satu sama lain, tetapi berdiri sebagai perwakilan dari ide-ide politik yang berbeda. Di mana rakyat harus memilih,” tulis Bryan.

Bryan juga mengatakan bahwa pembahasan terkait prinsip jauh lebih penting daripada membahas mengenai perdebatan individu.

Inilah yang menurut Bryan sesuatu yang perlu diperhatikan.

Baca Juga: Dikira Menghilang, 8 Artis Tanah Air Ini Ternyata Meninggal Dunia, Salah Satunya Teman Raffi Ahmad

120 tahun kemudian, datanglah Donald Trump.  Dengan segala ragam pertentangan politiknya yang berpusat pada kepentingan individu.

Apa yang dilakukan oleh Donald Trump telah menyorot perhatian banyak pihak, mulai dari politisi, sejarawan presiden, jurnalis dan juga pemilih demokrat.

Kemudian tidak seperti kebanyakan politisi lainnya, gaya bicara Trump dinilai terlalu blak-blakan.  Ia juga kerap kali membahas permasalahan kontroversial.

Baca Juga: Dikira Menghilang, 8 Artis Tanah Air Ini Ternyata Meninggal Dunia, Salah Satunya Teman Raffi Ahmad

Alih-alih menghasilkan pembicaraan yang konstruktif, ia justru menuai banyak kritik dan kecaman.

Kemudian tidak seperti kebanyakn Presiden lainnya, bukannya bekerja sama dan mempercayai seluruh elemen pemerintahan Amerika Serikat, Trump malah bertindak sebaliknya.

Ia mengkritik Badan Intelijen Amerika Serikat dan bahkan mengecam ahli medis dan ilmuawan pemerintah selama masa pandemi.

Baca Juga: Merapat! Kekeyi Buka Lowongan Pekerjaan, Netizen Justru Nyinyir: Cari Editor atau Pacar Settingan?

Tindakan Trump yang dinilai menentang banyak tradisi yang telah diwariskan oleh pemimpin sebelumnya memungkinkan pewarisan nilai yang sama.

Pada pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun ini, sebanyak  73 juta orang Amerika Serikat memilih Trump untuk melanjutkan prosesi penghancuran tradisi.

Hal ini tidak menutup kemungkinan akan memunculkan lebih banyak politisi yang meniru tindakannya serta mendobrak beragam batas-batas. ***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler