Umumkan Tiga Hari Berkabung, Serangan Mematikan ISIS di Utara Baghdad Picu Kemarahan

23 November 2020, 07:00 WIB
ilustrasi teroris. /pexels/somchaikongkamsri

PR PANGANDARAN - Provinsi Salahuddin di Irak mengumumkan tiga hari berkabung pada Minggu, 22 November 2020.

Hal ini terjadi setelah serangan mematikan yang dituduhkan pada kelompok bersenjata ISIL (ISIS), karena beberapa orang mengkritik pihak berwenang gagal melawan.

Sabtu malam, sebuah bom pinggir jalan menghantam sebuah mobil sipil di jalan terbuka sekitar 200 km utara ibukota Baghdad.

Baca Juga: Lakukan Penangkapan Terhadap 'Pemberontak Mekelle', Tentara Ethiopia akan Kepung Ibu Kota Tigray

Ketika pasukan keamanan tiba di tempat kejadian, pejuang ISIS menembaki mereka.

Menurut petugas medis, serangan itu setidaknya menewaskan sedikitnya enam petugas keamanan Irak dan empat warga sipil, termasuk satu yang meninggal karena luka-lukanya semalam.

Tidak ada klaim tanggung jawab oleh ISIS, tetapi walikota dan polisi menyalahkan kelompok bersenjata tersebut, yang menurut pemerintah Irak telah dikalahkan pada akhir 2017.

Baca Juga: Mitos atau Fakta: Benarkah Makan Malam Sebelum Tidur Bisa Sebabkan Gendut? Simak Penjelasannya

Kemenangan itu terjadi setelah tiga tahun pertempuran brutal untuk merebut kembali sepertiga wilayah Irak yang direbut oleh ISIS pada tahun 2014.

Meskipun para pejuang tidak lagi menguasai wilayah, namun anggota bagian dari mereka masih melakukan serangan tabrak lari terhadap infrastruktur negara, terutama di daerah gurun di utara Baghdad.

ISIL juga melancarkan serangan terhadap milisi Hashd al-Shaabi yang didukung Iran, juga dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer.

Baca Juga: Ingatkan Soal Peran Generasi Muda, Wakil Ketua MPR: Negara Lain Sampai Iri dengan Potensi Kita

Hashd al-Shaabi, yang didirikan sebagai jaringan faksi mayoritas Syiah yang longgar, memainkan peran penting dalam mengalahkan ISIL bersama koalisi pimpinan AS.

Dua minggu lalu, 11 orang tewas dalam serangan ISIS di pos pengawas di al-Radwaniyah di pinggiran Baghdad, daerah yang mayoritas penduduknya Muslim Sunni.

Serangan itu bertepatan dengan kampanye baru oleh pasukan keamanan Irak untuk menangkap pejuang yang bersembunyi di seluruh negeri.

Baca Juga: UMK Jawa Barat 2021: 17 Daerah Dinyatakan Naik, Banjar Tak Naik dan Masih Jadi yang Terendah

"Pasukan keamanan Irak baru saja meyakinkan kami bahwa daerah ini telah dibersihkan," tulis Mashaan al-Jaboury, seorang anggota parlemen Sunni yang mewakili Salahuddin, di Twitter Sabtu malam.

Bagi Jamal al-Dhari, tokoh Sunni lainnya penyergapan terbaru menjelaskan kegagalan berulang dalam perang melawan terorisme.

"Pemerintah (Perdana Menteri) Mustafa al-Kadhimi harus secara serius menerapkan strategi nasional dan berhenti puas dengan komite investigasi," kata Dhari.

Baca Juga: Tren Kebijakan AS akan Berubah Drastis, Joe Biden Perbesar Peluang Pendanaan Hijau di Indonesia

Warga Irak secara teratur mengejek pemerintah mereka karena membentuk badan investigasi yang tidak membuahkan hasil.

Ketegangan datang ketika koalisi pimpinan Amerika Serikat yang membantu Irak melawan ISIS mulai tahun 2014 menarik pasukannya.

Tahun ini Amerika Serikat telah mengurangi kontribusinya pada koalisi dari 5.200 menjadi sekitar 3.000 tentara, karena negara-negara lain juga mengurangi jumlah mereka.

Baca Juga: Geger ‘Jamur Listrik’, Warga Temukan Jamur Misterius Bersinar Keluarkan Cahaya di Tengah Hutan

Amerika Serikat mengumumkan pekan lalu akan menarik 500 tentara lagi pada pertengahan Januari.

Dampak penarikan Amerika Serikat telah membuat banyak orang khawatir akan kebangkitan ISIS, serta pengaruh Iran yang tumbuh di negara yang secara politik rapuh itu.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler