Ketegangan Kembali Mencuat, Ternyata ini 'Benang Merah' Konflik antara Tiongkok dan Australia

- 2 Desember 2020, 17:30 WIB
Ilustrasi bendera Tiongkok dan Australia.*
Ilustrasi bendera Tiongkok dan Australia.* //PIXABAY/Chickenonline

PR PANGANDARAN – Ketegangan Australia dan Tiongkok kembali mencuat ke permukaan.

Ketegangan dimulai dari perselisihan hubungan diplomatik, sengketa pertahanan, disusul permasalahan di bidang perdagangan dan juga terkait kebijakan luar negeri.

Ketegangan yang ada kemudian diperburuk pada Senin lalu ketika juru bicara pemerintah Tiongkok membuat tweet palsu terkait Australia.

Baca Juga: Papua Barat Deklarasi Kemerdekaan, Fadli Zon: Pak Jokowi Ini Jelas Nantang RI, Kok Sibuk Urus HRS?

Tweet itu menggambarkan tentara Australia memegang pisau di tenggorokan anak Afghanistan. Atas kejadian tersebut, Perdana Menteri Australia Scott Morrison menuntut permintaan maaf negara tirai bamboo tersebut.

Sementara Beijing, bagaimanapun juga menolak melakukannya. Sebaliknya, para pejabatnya mengecam Australia atas tuduhan kejahatan perang di Afghanistan.

Media pemerintah Tiongkok mengecam Australia karena memandang niat baik Tiongkok sebagai kejahatan.

Baca Juga: Perang Dunia 3: Hindari Konflik Nuklir, Joe Biden Didesak Putuskan Kesepakatan dengan Kim Jong Un

Surat kabar Australia mengatakan pertengkaran terakhir menandai hubungan terburuk Tiongkok dan Australia dalam 50 tahun terakhir.

Kebijakan luar negeri Tiongkok yang tegas dan modernisasi militer yang pesat telah lama meresahkan para politisi Australia.

Titik balik terjadi pada tahun 2017 ketika Australia melarang sumbangan politik asing, pejabat memperingatkan upaya Tiongkok untuk mempengaruhi proses politik di Canberra.

Baca Juga: Genap Berusia 1 Tahun, PRMN Lahirkan 140 Inkubator Mediapreneur di Seluruh Indonesia

Tahun berikutnya, Australia menjadi negara pertama yang melarang raksasa teknologi Tiongkok Huawei dari jaringan 5G-nya.

Negara ini juga dilaporkan memblokir 10 kesepakatan investasi Tiongkok di bidang infrastruktur, pertanian, dan peternakan.

Hubungan semakin memburuk tahun ini ketika Australia menyerukan penyelidikan tentang asal-usul Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di Tiongkok.

Baca Juga: Kesal Lihat Foto Mesra Teuku Rassya dengan sang Kekasih, Netizen Ramai Sebut ' Unfollow Saja'

Beijing juga dibuat marah oleh kritik Australia atas tindakannya di Hong Kong, Xinjiang, Taiwan, dan Laut Cina Selatan.

"Mereka telah berulang kali membuat pernyataan dan tindakan yang salah tentang masalah yang menyangkut kepentingan inti Tiongkok," kata Zhao Lijian, juru bicara pemerintah Tiongkok bulan lalu.

Sementara bulan Mei, Tiongkok menghentikan impor daging sapi Australia dan mengenakan tarif sebesar 80,5 persen untuk jelai Australia.

Baca Juga: Tak Ada yang Menduga, Ternyata Ini 4 Pesona Vicky Prasetyo yang Bikin Kalina Ocktaranny Jatuh Hati

Kemudian pada November, negara itu memberlakukan tarif senilai 200 persen pada anggur Australia dan diperkirakan akan memblokir impor lebih lanjut, termasuk gula, lobster, batu bara, dan bijih tembaga.

Dengan Tiongkok menyumbang sekitar 35 persen dari total perdagangan Australia, beberapa ahli khawatir perang perdagangan habis-habisan dapat merugikan 6 persen terakhir dari PDB-nya.

Sebaliknya, Australia menyumbang kurang dari 4 persen dari perdagangan Tiongkok.

"Australia bermain di atas kepalanya dengan mencoba menekan Tiongkok secara politik ketika ekonominya bergantung pada Tiongkok," kata Einar Tangen, seorang analis dan penasihat ekonomi untuk pemerintah Tiongkok yang berbasis di Beijing.

Baca Juga: Anies Baswedan dan Riza Patria Jalani Isolasi Usai Positif Covid-19, Bagaimana dengan Jakarta?

Jurnalis juga terjebak dalam pertengkaran itu. Pada bulan Juni, intelijen dan polisi Australia menggerebek rumah empat jurnalis Tiongkok atas dugaan kampanye pengaruh.

Sementara pihak berwenang di Tiongkok menanyai dua jurnalis Australia dalam penyelidikan keamanan nasional pada bulan September, mendorong mereka untuk meninggalkan negara itu.

Menurut seorang analis Australia,Henry Storey mengatakan jika Australia ingin menyelesaikan perselisihan tersebut,mungkin perlu meminta maaf karena menyerukan penyelidikan Covid-19, menjauhkan diri dari Quad dan berjanji untuk menghormati kepentingan inti Tiongkok.

Baca Juga: Kerap Terjadi Konflik, Papua Barat Umumkan Gerakan Merdeka Pisahkan Diri dan Tunjuk Presiden

Morrison, perdana menteri Australia, mengisyaratkan Australia tidak akan membalikkan kebijakan Tiongkoknya setelah kedutaan besar Tiongkok membagikan daftar keluhannya kepada media Australia.

“Saya dapat meyakinkan Anda, kami akan selalu menjadi Australia, bertindak untuk kepentingan kami dan sesuai dengan nilai-nilai kami,” katanya kepada Seven News Network sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x