Korban Kedua Eksekusi Mati Donald Trump Tatap Alkitab hingga Minta Pengampunan saat Disuntik Mati

- 12 Desember 2020, 11:27 WIB
Ilustrasi Donald Trump
Ilustrasi Donald Trump /Pixabay/geralt

PR PANGANDARAN – Pemerintahan Donald Trump melanjutkan serangkaian eksekusi pada warga Amerika Serikat (AS) hari Jumat dengan membunuh seorang sopir truk bernama Alfred Bourgeois.

Bourgeois melakukan pelecehan pada seorang anak perempuan berusia dua tahun selama berminggu-minggu pada 2002, kemudian membunuhnya dengan membenturkan kepalanya ke jendela dan dasbor truk.

Bourgeois meninggal pada usia 56 tahun pukul 8:21 malam setelah setelah menerima suntikan mematikan di penjara Terre Haute, Indiana.

Baca Juga: Biadab! Sekelompok Pria Abu Dhabi Perkosa Gadis dan Sebarkan Videonya Lewat Medsos

Pengacaranya, Victor J. Abreu mengatakan jika Bourgeois memiliki IQ yang membuatnya masuk dalam kategori cacat intelektual sehingga tidak diizinkan untuk dieksekusi mati.

Saat menyampaikan kata-kata terakhirnya, Bourgeois tidak meminta maaf dan malah melontarkan nada yang sangat menantang, bersikeras bahwa dia tidak membunuh atau melakukan pelecehan seksual.

“Saya meminta Tuhan untuk mengampuni semua orang yang berkomplot dan bersekongkol melawan saya serta memberikan bukti palsu. Saya tidak melakukan kejahatan ini,” ucapnya dikutip oleh PikiranRakyat-Pangandaran.com dari AP News.

Baca Juga: Polemik HRS dan Polisi Disebut Bukan Masalah Nasionalisme, Cak Nun: Ini Soal Dendam dan Pembalasan

Dia merupakan tahanan kedua dari lima orang yang dieksekusi minggu ini, dengan tiga eksekusi lagi direncanakan pada Januari 2021.

Saat cairan yang mematikan itu mulai mengalir melalui infus di kedua lengannya, Bourgeois memiringkan kepalanya ke samping untuk melihat penasihat spiritualnya yang berdiri di sudut ruang kematian sambil memegang sebuah Alkitab kecil.

Bourgeois memberinya tanda jempol ke atas dan penasihat spiritualnya mengangkat ibu jarinya sebagai jawaban.

Baca Juga: Rusia dan Tiongkok Keberatan, Dewan Keamanan PBB Kembali Bahas Pelanggaran HAM di Korea Utara

Bourgeois bertemu dengan penasihat spiritualnya pada Jumat pagi saat dia berusaha untuk menerima hukuman matinya.

Pengacaranya yang lain Shawn Nolan mengatakan beberapa jam sebelum dieksekusi, Bourgeois berdoa dan meminta pengampunan.

Eksekusi mati warga AS terakhir kali dilakukan pada saat pemerintahan Presiden Grover Cleveland pada 1896.

Baca Juga: Kenang Chadwick Boseman, Marvel Putuskan Tak akan Gantikan Peran T'Challa di Black Panther 2

Pengacara Bourgeois jika Trump terlalu tergesa-gesa untuk mengeksekusi warga AS sebelum pelantikan Joe Biden pada Januari 2021 nanti.

Pada hari Kamis, Brandon Bernard juga telah dihukum mati karena keterlibatannya dalam pembunuhan pasangan religius pada 1999 dari Lowa.

Dia yang saat itu berusia 18 tahun dan remaja lainnya menculik dan merampok Todd dan Stacie Bagley di Texas.

Eksekusi Bernard ini merupakan suatu hal yang jarang terjadi karena kejahatannya sudah terjadi berpuluh-puluh tahun tapi dieksekusi sekarang.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: AP News


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x