Jurnalis Ruhollah Zam Dieksekusi Mati, Kelompok Pers Marah dan Singgung Kebebasan Berpendapat Iran

- 13 Desember 2020, 21:45 WIB
Jurnalis Iran, Ruhollah Zam, telah dieksekusi dengan cara digantung pada Sabtu pagi.
Jurnalis Iran, Ruhollah Zam, telah dieksekusi dengan cara digantung pada Sabtu pagi. /Chickenonline/pixabay.com/Chickenonline

PR PANGANDARAN – Kelompok advokasi pers dan hak asasi manusia telah menyatakan kemarahannya atas eksekusi jurnalis Iran Ruhollah Zam.

Zam dihukum karena memicu kerusuhan anti-pemerintah selama protes nasional sekitar tiga tahun lalu.

Ia ditangkap pada 2019 setelah bertahun-tahun tinggal di pengasingan di Prancis. Kemudian ia dijatuhi hukuman mati pada bulan Juni.

Baca Juga: Cerdas! Fisikawan ini Temukan Cara Murah Membuat Masker N95 dengan Mesin Gulali

Pengawas hak asasi global Amnesty International mengatakan pihaknya terkejut dan ngeri dengan tindakan Iran.

"Eksekusinya merupakan pukulan mematikan bagi kebebasan berekspresi di Iran dan menunjukkan sejauh mana taktik brutal otoritas Iran untuk menanamkan rasa takut dan mencegah perbedaan pendapat," kata Amnesty.

Ia menambahkan bahwa setelah Mahkamah Agung menetapkan hukuman mati Zam pada hari Selasa, pihak tersebut bergegas mengeksekusinya.

Baca Juga: Minta Masyarakat Tunggu Pengumuman Resmi, Pemerintah Tegaskan Belum Tetapkan Harga Vaksin Covid-19

"Pihak berwenang bergegas untuk mengeksekusi  Zam hanya empat hari kemudian, dalam apa yang kami yakini sebagai upaya tercela untuk menghindari kampanye internasional untuk menyelamatkan hidupnya,” lanjutnya.

Tara Sepehri Far, seorang peneliti di Human Rights Watch, menyebut bahwa eksekusi Zam dilakukan atas tuduhan keamanan nasional yang didefinisikan secara samar-samar.

Sherif Mansour, dari Komite untuk Melindungi Jurnalis memberikan sudut pandangnya.

Baca Juga: Rekomendasi Liburan Ideal Menurut Tanda Zodiak, Pisces ke Pantai, Scorpio Cocok Jelajahi Gua

"Otoritas Iran bergabung dengan geng kriminal dan ekstremis brutal yang membungkam jurnalis dengan membunuh mereka,” katanya.

"Ini adalah tindakan yang mengerikan dan memalukan, dan masyarakat internasional tidak boleh membiarkannya berlalu begitu saja," lanjut Mansour.

Situs web Zam dan saluran yang dia buat di aplikasi perpesanan populer Telegram telah menyebarkan protes dan informasi memalukan tentang para pejabat yang secara langsung menantang pemerintah Iran.

Demonstrasi tersebut mewakili tantangan terbesar bagi Iran sejak protes Gerakan Hijau 2009 dan memicu kerusuhan massal serupa pada November 2019.

Baca Juga: Gegara Covid-19, Pramugari di Tiongkok Terpaksa Harus Menggunakan Popok

Zam melarikan diri dari Iran setelah protes pasca pemilu tahun 2009 dan diberikan suaka di Prancis.

Namun, dia diculik selama kunjungan ke Irak pada Oktober 2019 oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, tampaknya dengan bantuan otoritas intelijen Irak, dan secara paksa dikembalikan ke Iran.

Amnesti meminta komunitas internasional, termasuk negara-negara anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Uni Eropa mengambil tindakan guna menekan pemerintah Iran agar menghentikan penggunaan hukuman mati yang semakin meningkat sebagai senjata represi politik.

"Dunia tidak boleh berdiam diri karena otoritas Iran melakukan serangan mengerikan mereka terhadap hak untuk hidup dan kebebasan berekspresi ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah