Pernikahan anak lebih umum terjadi di daerah pedesaan Zimbabwe. Provinsi Mashonaland Tengah dan Mashonaland Barat memiliki usia rata-rata pernikahan terendah.
Dilansir dari The Independent, bagi beberapa keluarga miskin di Zimbabwe, menikahkan seorang anak perempuan berarti mengurangi satu beban keluarga.
Ironisnya, mas kawin yang dibayarkan oleh suami sering kali “digunakan oleh keluarga sebagai alat untuk bertahan hidup,” menurut Girls Not Brides, sebuah organisasi yang berkampanye untuk mengakhiri pernikahan anak.
Baca Juga: Kaget Lihat Gilang Dirga Positif Covid-19, Sang Istri: Masih Ketawa, Kan Tidur Satu Ranjang
Selain didorong masalah ekonomi, beberapa sekte agama pun mendorong gadis-gadis berusia 10 tahun untuk menikahi pria yang jauh lebih tua untuk "bimbingan spiritual".
Di samping itu organisasi tersebut pun menyebutkan beberapa keluarga memaksa gadis-gadis yang melakukan hubungan seks sebelum nikah untuk menikahi pacar mereka karena alasan 'malu'.
Maritsa, melalui asosiasinya yang disebut Auditorium Anak di Bawah Umur Rentan (VUPA), berharap dapat meningkatkan kepercayaan diri gadis lajang dan menikah melalui pelajaran seni bela diri dan diskusi berikutnya.
Baca Juga: 6 Bulan Sembuh dari Covid-19, Ternyata Ada Kondisi Mengkhawatirkan dalam Tubuh, Ini Penjelasannya
Larangan Zimbabwe pada pertemuan publik yang diberlakukan sebagai bagian dari langkah-langkah lockdown yang ketat minggu lalu untuk mencoba memperlambat lonjakan infeksi Covid-19 yang memaksa Maritsa untuk menangguhkan pertemuan. Namun, ia berharap untuk segera melanjutkan setelah lockdown dicabut.
“Dari putus asa, para ibu muda merasa diberdayakan ... bisa menggunakan cerita mereka untuk mencegah gadis lain jatuh ke dalam perangkap yang sama,” ujar Maritsa yang memulai proyek ini pada tahun 2018 setelah melihat teman-temannya meninggalkan sekolah untuk menikah.
Artikel Rekomendasi