Virus Misterius Serang Tanzania, Pejabat Kaget Pasien Alami Mual, Muntah Darah hingga Tewas

- 9 Februari 2021, 10:50 WIB
Ilustrasi warga Tanzania yang sedang melakukan aktivitas.
Ilustrasi warga Tanzania yang sedang melakukan aktivitas. /PIXABAY/

PR PANGANDARAN - Sekira lima belas orang tewas dan lebih dari 50 orang lainnya dirawat di rumah sakit  Tanzania Selatan.

Orang tersebut tewas disebabkan oleh virus tak dikenal, virus tersebut menyebabkan banyak orang mengalami mual dan muntah darah. Hal itu disampaikan pejabat kesehatan Tanzania pada Minggu, 7 Februari 2021.


Felista Kisandu, kepala petugas medis di distrik Chunya yang terpencil di kota Mbeya, mengatakan tim ahli medis telah dikerahkan untuk menilai pasien secara klinis dan menyelidiki penyebab wabah tersebut.

Baca Juga: Absen dari Indonesian Idol, Ari Lasso Positif Covid-19: Awalnya si Yuyun, Besoknya Aku Demam

"Masalah ini belum meluas, hanya terjadi di satu bangsal administrasi Ifumbo di mana orang muntah darah dan meninggal saat terlambat ke rumah sakit,” katanya yang dikutip dari situs Anadolu Ageny pada Selasa, 9 Februari 2021.

Penyebab penyakit mereka belum teridentifikasi, tetapi Kementerian Kesehatan Tanzania telah mengesampingkan wabah tersebut.

Pemeriksaan klinis awal mengungkapkan pasien yang kebanyakan terjadi pasa pria, mengalami sakit maag dan penyakit hati, kata Kisandu.

Baca Juga: Cek Fakta: Warga Prancis Dikabarkan Serentak Putuskan Masuk Islam Gegara Majalah Charlie Hebdo, Ini Faktanya

“Kami telah menyarankan mereka untuk menghindari minuman ilegal, merokok dan minuman keras lainnya,” katanya.

Kisandu mengatakan berbagai sampel air dan darah pasien telah dikirim ke kepala ahli kimia pemerintah untuk verifikasi guna memastikan apakah ada jejak kontaminasi merkuri.

Menteri Kesehatan Tanzania Dorothy Gwajima berupaya mengurangi kekhawatiran di daerah tersebut. Gwajima memerintahkan Kisandu ditangguhkan selama 10 hari karena 'menciptakan kepanikan yang tidak perlu di antara penduduk'.

Baca Juga: Protes Pecah Menentang Kudeta Aung San Suu Kyi, Myanmar Berlakukan Darurat Militer di Mandalay

Menurut catatan di Kantor Medis Kepala Mbeya, penyakit serupa melanda wilayah itu pada 2018 silam. Saat itu, beberapa orang dipastikan menderita demam tinggi, sakit perut, dan muntah darah.

Doroth Gwajima, telah mengerahkan tim ahli untuk menilai situasi dan menginstruksikan mereka untuk menyerahkan laporan tertulis yang menetapkan penyebab penyakit untuk tindakan lebih lanjut, sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kementerian tersebut.

Menteri meminta masyarakat untuk tetap tenang sementara para pejabat menindaklanjuti apa yang telah terjadi. Gwajima juga memerintahkan dewan medis untuk menyelidiki, tetapi menolak klaim epidemi di daerah tersebut.

Baca Juga: Langka, Dua Pria Kristen Dihukum Cambuk di Aceh, Media Asing Soroti Soal Hak Asasi Manusia

Sementara Tanzania sudah dalam daftar larangan Inggris karena Covid-19, informasi tentang situasi virus di negara itu sangat minim, pihak pemerintah pun belum menerbitkan angka kasus sejak April 2020.

Presiden John Magufuli terus-menerus mengecilkan keseriusan terkait masalah virus tersebut dan menyarankan bahwa doa telah menghentikan epidemi pada tahun lalu.

'Itu sebabnya kami semua tidak memakai masker di sini. Anda pikir kami tidak takut mati? Itu karena tidak ada Covid-19, '' ujarnya Juni lalu yang dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari situs Dailymail.

Baca Juga: Rumah Tangganya Retak, Celine Menangis ke Melaney: Kalau Lu Tanya, di Hati Gue Ada Kejanggalan

Tetapi kekhawatiran meningkat atas kematian yang dikaitkan dengan 'pneumonia', seorang dokter mengatakan bahwa 'kami melihat banyak orang tetapi kami tidak dapat berbicara tentang penyakitnya'. Orang kadang-kadang terlihat mengenakan topeng dan beberapa berbicara secara terbuka tentang ketakutan mereka.

Dua kasus varian Afrika Selatan yang ditakuti tersebut diketahui telah terdeteksi di Denmark pada bulan lalu. Hal tersebut terjadi pada pelancong yang baru saja kembali dari Tanzania.

Inggris telah melarang semua kedatangan dari Tanzania untuk mencegah virus Afrika Selatan. Sementara Amerika Serikat memperingatkan bahwa ada 'tingkat Covid-19 yang sangat tinggi' pada pekan lalu.

Baca Juga: Ustaz Maaher Wafat di Rutan, Sang Istri Terpukul: Dia Kena TB Usus, Harusnya Rutin Kontrol ke RS tapi...

Melanggar kode diam pemerintah, Gereja Katolik Roma di Tanzania memperingatkan para pengikutnya untuk melindungi diri mereka sendiri.

"Negara kita bukan pulau. Kami memiliki banyak alasan untuk berjaga-jaga dan berdoa kepada Tuhan agar kami dapat bergerak tanpa cedera dalam pandemi ini," tulis surat peringatan itu.

Direktur CDC Afrika, John Nkengasong berharap bahwa pihak pemerintah Tanzania mampu mengambil sikap "yang saya harap mereka akan segera meninjau kembali".

Baca Juga: Lirik Lagu Suran - One in a Million (OST Lovestruck in the City) dan Terjemahan Bahasa Indonesia

"Ini adalah virus berbahaya, virus yang menyebar dengan sangat cepat, dan virus yang tidak mengenal batas. Itu tidak dapat diketahui jikalau anda berada di Tanzania," katanya.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x