PR PANGANDARAN - Darurat Militer diberlakukan di beberapa bagian kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay pada Senin, 8 Februari 2021 setelah ratusan ribu orang berkumpul di seluruh negeri menentang kudeta dan militer mengeluarkan peringatan keras terhadap protes lebih lanjut.
Perintah itu mencakup tujuh kota di Mandalay, melarang orang melakukan protes atau berkumpul dalam kelompok-kelompok yang terdiri lebih dari lima orang, dan jam malam akan berlaku dari jam 8 malam sampai jam 4 pagi, kata departemen administrasi umum dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan serupa telah dibuat di sebuah kotapraja di Ayeyarwaddy lebih jauh ke selatan Myanmar dan pengumuman mengenai tempat lain diharapkan keluar malam ini.
"Perintah ini diterapkan sampai pemberitahuan lebih lanjut," kata satu pernyataan kotapraja Mandalay.
“Beberapa orang ... berperilaku mengkhawatirkan yang dapat membahayakan keselamatan publik dan penegakan hukum. Perilaku tersebut dapat mempengaruhi stabilitas, keselamatan masyarakat, penegakan hukum, dan keberadaan desa yang damai dan dapat menimbulkan kerusuhan, oleh karena itu tatanan ini larangan berkumpul, berbicara di depan umum, protes dengan menggunakan kendaraan, unjuk rasa," kata pernyataan itu, seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Channel News Asia.
Junta sejauh ini menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan mematikan terhadap demonstrasi yang melanda sebagian besar negara, tetapi dengan tekanan yang membangun polisi anti huru hara menembakkan meriam air dalam upaya untuk membubarkan ribuan orang yang berkumpul di Naypyidaw.
Baca Juga: Mantan Bintang Porno Dukung Aksi Protes Petani di India, Mia Khalifa Malah Diprotes Balik
Militer pekan lalu menahan Aung San Suu Kyi dan puluhan anggota lain dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi miliknya, mengakhiri satu dekade pemerintahan sipil parsial dan memicu kecaman internasional.
Artikel Rekomendasi