PR PANGANDARAN –Inisiatif kelautan global baru telah diluncurkan untuk melindungi dan melestarikan 18 juta kilometer persegi lautan selama lima tahun ke depan.
Kolaborasi yang dikenal dengan Blue Nature Alliance, yang didirikan pada Rabu ini dipimpin oleh beberapa organisasi filantropi.
Lebih lanjut, kolaborasi ini berencana untuk bekerja sama dengan pemerintah nasional, komunitas lokal, masyarakat adat, ilmuwan, dan akademisi untuk melindungi laut.
Baca Juga: Beberkan Perlakuan Devano kepadanya, Iis Dahlia: Kalo Adek Malu Dibully, Jangan jadi Artis!
Pekerjaan perlindungan awal Aliansi akan mencakup 4,8 juta km persegi di tiga lokasi laut.
Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Aljazeera, 3 lokasi itu adalah Lau Seascape Fiji, Samudra Selatan Antartika dan kepulauan vulkanik Tristan da Cunha di selatan Samudra Atlantik.
“Laut berada dalam krisis,” kata Karen Sack, presiden dan CEO Ocean Unite, salah satu organisasi yang bergabung dengan Blue Nature Alliance.
“Ancaman yang dihadapinya banyak,” sambungnya.
Blue Nature Alliance dapat secara signifikan membantu konservasi laut dan meningkatkan ketahanan ekosistem.
Hal ini dilakukan terutama bertujuan untuk bekerja sama dengan komunitas lokal yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.
Baca Juga: Tidak Berniat Jauhi Keluarga di NTT, Betrand Peto: Mereka Tuh Kangen Apa yang Onyo Punya Sekarang
“Ini adalah kemitraan yang akan membantu kami mengambil langkah besar ke arah yang benar,” kata Tony Worby, CEO program Flourishing Oceans di Minderoo Foundation.
Blue Nature Alliance dipimpin oleh Conservation International, The Pew Charitable Trusts, Global Environment Facility, Minderoo Foundation, dan Rob and Melani Walton Foundation.
Lautan menutupi lebih dari dua pertiga permukaan bumi dan kesehatannya sangat mempengaruhi kesejahteraan umat manusia.
Baca Juga: Dialog Dengan Petani di Indramayu, Jokowi Penuhi Keinginan Petani Soal Kebutuhan Panen Padi
Terutama di antara masyarakat yang tinggal di pesisir atau wilayah pulau kecil.
Di seluruh dunia, lautan mengalami tekanan yang parah.
Polusi laut seperti limbah plastik dan limpasan bahan kimia telah lama dikenal sebagai penyebab kematian populasi besar spesies laut.
“Laut yang sehat adalah kunci keberadaan kami,” kata Aulani Wilhelm, wakil presiden senior samudra untuk Conservation International.
“Ini memberikan nutrisi dan pekerjaan bagi sebagian besar orang di seluruh dunia dan setengah dari oksigen yang kita hirup masing-masing,” sambungnya.
Lautan yang memanas akibat perubahan iklim dapat menyebabkan runtuhnya terumbu karang penting seperti Great Barrier Reef Australia.
Lebih lanjut, seringnya kejadian cuaca ekstrem di laut menyebabkan erosi pantai yang parah.
Baca Juga: Diduga Kabur dari Rumah, Nathalie Holscher Disebut Kecewa pada Keluarga Sule dan Ingin Dihargai
Pencemaran laut telah menyebabkan kerusakan parah pada lautan dan hewan yang hidup di sana.
Sekarang telah disepakati secara luas bahwa setidaknya 30 persen wilayah pesisir dan laut perlu dilindungi untuk mempertahankan laut yang berfungsi dan tangguh.
Tujuan ini diharapkan dapat diadopsi pada Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB akhir tahun ini.***
Artikel Rekomendasi