PR PANGANDARAN - Laporan perusahaan data kesehatan Amerika Serikat IQVIA Holdings Inc menyatakan total pengeluaran dunia untuk vaksin Covid-19 diproyeksikan menghabiskan dana mencapai 157 miliar dolar AS atau setara 2.263,7 triliun pada 2025.
Proyeksi anggaran tersebut disebabkan program vaksin Covid-19 massal yang sedang berjalan serta penguat imun yang bisa dilakukan setiap dua tahun.
Diperkirakan pembelanjaan vaksin tahun ini terbilang tinggi menghabiskan dana mencapai miliar dolar AS (sekitar 778,7 triliun) dengan kampanye massal di seluruh dunia yang sedang berlangsung saat ini.
Baca Juga: Terawang Shio Kuda, Kambing, Monyet Hari Ini, Jumat, 30 April 2021: Lakukan Ini Agar Bisa Pegang Kendali!
Wakil Presiden IQVIA, Murray Aitken menjelaskan, anggaran untuk 2025 diperkirakan menurun 11 miliar dolar AS (sekitar 158,6 triliun) dolar AS karena meningkatnya persaingan dan volume vaksin.
“Untuk lima tahun ke depan, vaksin Covid-19 akan menelan biaya sebesar 157 miliar doalr AS. Harga itu sangat kecil dibanding dengan nyawa manusia akibat pandemi,” ujarnya.
Penyedia data dan analisisuntuk perawatan industri kesehatan, IQVIA, memperkirakan gelombang pertama vaksinasi Covid-19 akan mencapai sekitar 70 persen dari populasi dunia pada 2022 akhir.
Suntikan booster atau penguat akan mengikuti vaksinasi awal setiap dua tahun. Hal tersebut berdasarkan data terkini tentang durasi efek vaksin.
Sementara, Amerika Serikat tengah mempersiapkan suntikan penguat setelah seseorang menerima vaksin dan membutuhkan waktu 9-12 bulan, kata salah satu pejabat Gedung putih.
Hal tersebut diperkuat perusahaan farmasi, Pfizer Inc, bahwa penguat suntikan dibutuhkan dalam waktu 12 bulan.
”Pengeluaran vaksin Covid019 mewakili dua persen dari perkiraan 7 triliun dolar AS (Rp100.947,3 triliun) untuk semua obat yang diresepkan bagi pasien selama periode saat itu,” kata IQVIA, seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Antara News.
Kemudian, pengeluaran obat secara keseluruhan lebih rendah 68 miliar dolar AS, (Rp980,6 triliun) dari 2020 hingga 2025, jika dibandingkan dengan kondisi dunia tanpa pandemi.***
Artikel Rekomendasi