PR PANGANDARAN - Ketika Zakiah Aini yang berusia 25 tahun berhenti dari universitas, masuk ke Mabes Polri di Jakarta sambil mengacungkan senapan angin pada hari terakhir bulan Maret.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak wanita Indonesia yang terlibat dalam serangan kekerasan di seluruh nusantara.
Terutama setelah kembalinya orang-orang yang dilatih di bawah ISIL (ISIS) di Suriah dan pembentukan kelompok yang berafiliasi dengan ISIL seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Baca Juga: VIRAL! Merasa Kena Tipu dengan Barang Pesanannya, Pria Ini Ngamuk hingga Ancam Kurir Pakai Samurai
"ISIS menciptakan struktur izin untuk memasukkan perempuan dalam peran yang lebih di garis depan," kata Judith Jacob, analis terorisme dan keamanan di London School of Economics, kepada Al Jazeera.
“Dengan mendorong serangan oportunistik dan seruan umum bagi pendukung untuk melakukan apa yang mereka bisa, ini membuka pintu bagi perempuan untuk berpartisipasi lebih siap daripada di bawah struktur komando dan kontrol sebelumnya yang mempromosikan hierarki formal yang pada akhirnya mengecualikan perempuan,” sambungnya.
Serta penyerangan Aini di Mabes Polri yang berakhir dengan ditembak hingga tewas oleh petugas polisi di TKP, Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi diserang seminggu sebelum Paskah oleh dua pelaku bom bunuh diri yang pernah menikah hanya tujuh bulan.
Baca Juga: Ketua Bapera yang Melaporkan Pemprov Jatim Atas Kasus Kerumunan Ulang Tahun Khofifah Dipecat
Pada tahun 2018, sebuah gereja di Surabaya di pulau Jawa juga diserang oleh sepasang suami istri beserta keempat anaknya, dan tim suami istri lainnya menyerang sebuah katedral di Jolo, Filipina pada tahun 2019.
Artikel Rekomendasi