Sedikitnya 20 orang tewas. dalam serangan itu dan puluhan lainnya luka-luka.
Semua wanita yang terlibat dalam serangan itu diduga terkait dengan JAD, yang kadang-kadang dijuluki "ISIL Asia Tenggara".
Baca Juga: Buka Peluang Ekonomi Lebih Besar, Microsoft Siapkan Windows Terbaru untuk Creator dan Pengembang
Menurut Jacob, penting untuk tidak mengabaikan serangan semacam itu atau berspekulasi bahwa perempuan yang terlibat hanya mengikuti perintah dari laki-laki.
"Jelas ada banyak dimensi dalam hal ini, tetapi hal pertama yang harus disingkirkan adalah gagasan seksis yang mengerikan bahwa para wanita ini dibujuk atau dipaksa untuk berpartisipasi," katanya kepada Al Jazeera.
“Para wanita ini aktif dan bersedia berpartisipasi dengan hak mereka sendiri dan selalu menjadi bagian integral dari militansi Islam di Indonesia. Perbedaannya sekarang adalah pergeseran ke peran yang lebih aktif atau 'garis depan', ” sambungnya.
Menyusul penyerangan di Mabes Polri, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menggambarkan Aini sebagai "serigala tunggal".
Dia juga memposting bendera ISIL di Instagram sebelum serangan itu dan membeli senjata yang dia gunakan dari seorang pria di provinsi Aceh yang merupakan anggota JAD dan telah dihukum karena terorisme.
Noor Huda Ismail, mantan anggota kelompok garis keras Darul Islam yang telah mendirikan Institute for International Peace Building dan menjalankan program dan lokakarya deradikalisasi di seluruh Indonesia, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa media sosial telah berperan dalam pergerakan perempuan ke dalam kekerasan langsung.
Artikel Rekomendasi