Media Asing Soroti Pasien Covid-19 di Indonesia Meninggal Saat Jalani Isolasi Mandiri

- 28 Juni 2021, 15:20 WIB
Sebuah media asing soroti pasien Covid-19 di Indonesia yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.
Sebuah media asing soroti pasien Covid-19 di Indonesia yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri. /Pixabay/mohamed_hassan

PR PANGANDARAN - Seorang pria yang menjadi pasien Covid-19 di Jakarta Utara dikabarkan meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri Covid-19.

Sebuah video mayat pria 64 tahun yang terbaring sendirian menjadi viral di media sosial, meningkatkan kewaspadaan tentang keadaan mengerikan sistem perawatan kesehatan Indonesia, yang telah kolaps akibat pandemi Covid-19.

Lebih dari 56.000 orang Indonesia telah meninggal karena Covid-19, termasuk pria yang menjadi pasien Covid-19 malah berujung meninggal dunia sendirian saat menjalani isolasi mandiri.

Tingkat pengujian yang masih rendah dan para ahli memperingatkan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi daripada angka resmi.

Baca Juga: Masif Tersebar di Indonesia, Simak Penjelasan Ahli Soal Covid-19 Varian Delta

Rumah sakit di Indonesia mengalami tekanan setelah masuknya varian baru Covid-19.

Dalam beberapa kasus, orang yang positif Covid-19 ditolak dari rumah sakit dan diminta untuk melakukan isolasi mandiri.

Meskipun menjadi salah satu negara yang paling terpukul di Asia, pihak berwenang terus menolak memberlakukan penguncian atau tindakan ketat lainnya untuk menekan penyebaran Covid-19.

Tempat tidur rumah sakit yang tersisa hampir habis

Baca Juga: Pangandaran Intensifkan Penanganan Covid-19 hingga ke Tingkat RT

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Nasional Indonesia, Wiku Adisasmito, mengatakan kepada ABC bahwa pasien yang dapat melakukan isolasi mandiri di rumah adalah mereka yang memiliki gejala ringan atau orang yang tidak menunjukkan gejala.

Profesor Adisasmito yang menjalani isolasi mandiri setelah tertular Covid-19 mengatakan, pasien yang menjalani isolasi mandiri harus dipantau dan diawasi secara rutin oleh Puskesmas setempat.

"Jika gejalanya memburuk, mereka harus dirujuk dan dirawat di rumah sakit," katanya.

Namun data Kementerian Kesehatan menunjukkan ketersediaan tempat tidur rumah sakit Covid-19 semakin menipis, terutama di pulau Jawa yang penduduknya padat.

Baca Juga: Cara Cek Penerima BLT Dana Desa yang Cair Juni 2021 di sid.kemendesa.go.id

Hingga 20 Juni, ada empat provinsi dengan tingkat hunian tempat tidur di atas 80 persen. Di beberapa kota, hunian tempat tidur rumah sakit sudah mencapai 90 hingga 100 persen.

"Dalam situasi bencana seperti ini, kita harus melihat pasien mana yang paling parah, tetapi pada saat yang sama paling mungkin untuk diselamatkan," kata dokter yang berbasis di Jakarta Debryna Dewi Lumanauw.

"Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka yang tidak memenuhi kriteria ini akan dipulangkan dan kami akan merawat pasien sebaik mungkin,"lanjutnya.

Dr Lumanauw mengatakan petugas UGD akan aktif mencari rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas sesuai kebutuhan pasien.

"Jadi untuk alasan ini, ruang gawat darurat adalah tempat terbaik bagi mereka,"katanya.

Baca Juga: Belum Naik Takhta, Pangeran William Diprediksi Jadi Raja Pertama yang Paling Cepat Turun

Beberapa rumah sakit di Jawa kini telah mendirikan tenda untuk menampung pasien yang tidak dapat masuk ke ruang gawat darurat.

Orang-orang lelah dengan pandemi

Joni Wahyuhadi adalah Direktur Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya dan Kepala Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Timur.

Dia mengatakan Indonesia berada pada titik kritis pandemi.

Sekitar 65 persen tempat tidur rumah sakit di Jawa Timur adalah provinsi terpadat kedua di Indonesia dengan sekitar 35 juta penduduk  ditempati oleh pasien Covid-19.

Baca Juga: Gempa Hari Ini Rata-rata Berkekuatan 5 Magnitudo, Berikut Antisipasi yang Perlu Diketahui

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: ABC Australia


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x