WHO dan UNICEF Menuntut agar Sekolah di Eropa Tetap Buka dan Dibuat Lebih Aman dari Covid-19

- 31 Agustus 2021, 12:15 WIB
Ilustrasi Covid-19. Inilah data update covid-19 pada hari ini Senin, 30 Agustus 2021 malam WIB, angka kesembuhan kembali bertambah.
Ilustrasi Covid-19. Inilah data update covid-19 pada hari ini Senin, 30 Agustus 2021 malam WIB, angka kesembuhan kembali bertambah. /Pixabay/fernandozhiminaicela

PR PANGANDARAN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan gangguan paling dahsyat pada dunia pendidikan.

Belum lama ini, WHO dan UNICEF menuntut agar sekolah di wilayah Eropa untuk tetap buka dan dibuat lebih aman untuk staf dan siswa.

Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang sangat besar bagi semua sektor, termasuk pada pendidikan di Eropa.

Baca Juga: Nayunda Asal Makassar Raih Gelar Runner Up di Grand Final RSID 2021

Covid-19 membuat seluruh sekolah di dunia terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dan menggantinya dengan sistem virtual.

Seperti dikutip PikiranRakyat.Pangandaran.com dari The Guardian, pada Selasa, 31 Agustus 2021, menurut kepala WHO wilayah Eropa, Hans Kluge mengatakan sangat penting sekali membuka sekolah dengan pembelajaran berbasis kelas.

"Sangat penting bahwa pembelajaran berbasis kelas terus berlanjut tanpa gangguan," kata Hans Kluge.

Ia mengatakan bahwa pandemi masih belum usai dan mendidik di sekolah fisik merupakan sangat penting untuk anak.

Baca Juga: Running Man Episode 568: Rumor Dating dengan Kim Jong Kook Diakui, Song Ji Hyo: Ya, Aku Berkencan!

"Mendidik anak-anak dengan aman di lingkungan sekolah fisik adalah sangat penting untuk pendidikan, kesehatan mental, dan keterampilan sosial mereka," Kata Hans Kluge.

Menurutnya bahwa pendidikan sangatlah penting dan harus menjadi tujuan utama bagi pemerintah.

"Kami mendorong semua negara untuk tetap membuka sekolah, dan mendesak semua sekolah untuk menerapkan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko Covid-19 dan penyebaran varian," kata Hans Kluge dalam pernyataan bersama dengan wakil direktur regional dari dana anak-anak PBB untuk Eropa dan Asia Tengah, Philippe Cori.

Baca Juga: Akhiri Perang Terpanjang Amerika, Pesawat Terakhir Militer AS Resmi Tinggalkan Afghanistan

Menurut kedua organisasi tersebut mengatakan bahwa guru dan staf sekolah lainnya harus menjadi kelompok sasaran utama untuk program vaksinasi nasional.

Pihaknya juga menambahkan bahwa semua anak yang berusia 12 tahun ke atas dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya juga harus disuntik.

Selain itu, pihaknya juga menghimbau agar lingkungan sekolah juga harus dibuat lebih aman dan nyaman dengan meningkatkan ventilasi kelas.

Baca Juga: Akhiri Perang Terpanjang Amerika, Pesawat Terakhir Militer AS Resmi Tinggalkan Afghanistan

Kemudian mengurangi ukuran kelas jika memungkinkan, serta mempertahankan aturan jarak fisik secara teratur.

Philippe Cori juga mengatakan bahwa pandemi belum berakhir, dan sekolah harus dibuka kembali dengan aman.

"Anak-anak dan remaja tidak dapat mengambil resiko mengalami gangguan belajar selama satu tahun lagi," kata Philippe Cori.

"Mereka telah menjadi korban diam dari pandemi, dan yang paling terpinggirkan adalah yang paling terpukul," lanjut Philippe Cori.

Baca Juga: WHO: Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Bukan 'Kemewahan' untuk Orang-orang yang Rentan

Menurutnya bahwa sekolah merupakan tempat belajar, ketika tutup banyak anak-anak kehilangan kesempatan belajar dan bersosialisasi dengan temannya.

"Ketika sekolah tutup, anak-anak kehilangan kesempatan belajar dan berkumpul dengan teman-teman mereka," kata Philippe Cori.

"Dan mungkin saja mengalami kekerasan di rumah, Kita harus memastikan bahwa sekolah dibuka kembali, dan tetap buka dengan aman," tambah Philippe Cori.

Saat puncak gelombang pertama pandemi Covid-19 pada April 2020 ada 44 dari 53 negara di wilayah WHO Eropa menutup sekolah secara nasional.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 31 Agustus 2021: Nino Menangis Bertemu Reyna, Mungkinkah ini Karma?

Sementara sebagian besar dibuka kembali pada bulan September 2020. Selanjutnya, lonjakan tingkat infeksi memicu pembatasan baru dan lebih banyak penutupan di puluhan negara selama musim gugur dan musim dingin.

Absen massal dan penutupan sekolah terjadi di beberapa negara selama musim semi dan awal musim panas.

Terdapat lebih dari 1 juta anak atau 14,3 persen dari kelompok usia sekolah, putus sekolah karena alasan terkait Covid.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah