Bocah SMP Alami Stroke Otak hingga Lumpuh Setelah Menghabiskan Waktu Sehari 22 Jam untuk Main Game

- 10 Juli 2020, 17:32 WIB
Mengaku belajar online. (dailymail)
Mengaku belajar online. (dailymail) /

Ia mengaku percaya saja saat Xiaobin mengatakan dirinya selalu berada di balik layar komputer untuk mengerjakan kelas online. “Dia menutup semua jendela dan mengunci pintu kamarnya jadi kami tak tahu apa yang sebenarnya dikerjakan.”

Namun akhirnya sang ibu tahu Xiaobin nyaris tak pernah tidur dalam dua bulan terakhir. Ia menghabiskan 22 jam sehari untuk bermain video game nonstop. “Dari chat dengan temannya aku tahu anakku tak pernah tidur, hanya dua jam saja sehari,” ujarnya.

Baca Juga: Jelang Tahun Ajaran Baru 2020/2021, Apakah Siswa Baru Harus Pakai Seragam saat Sekolah Jarak Jauh?

Artikel ini telah tayang di Galamedia dengan judul ‘Mengaku Belajar Online, Sehari 22 Jam Main Video Game Murid SMP Stroke Otak Hingga Lumpuh’

Xiaobin dilarikan ke rumah sakit pada bulan Maret setelah  tiba-tiba pingsan. Dokter mendiagnosis siswa SMP itu mengalami stroke otak setelah menjalani CT scan. Dia juga kehilangan sensasi di lengan dan tangan kirinya.

Dokter Li, spesialis otak rumah sakit mengatakan kondisi Xiaobin dipicu  gaya hidup tidak sehat akibat begadang demi bermain game. “Alasan utamanya  pola tidur dan pola makan yang tidak teratur karena tidak bersekolah. Orangtua juga terlalu menoleransi perilakunya.”

Baca Juga: Banjir Hujatan Usai Operasi Plastik di Dokter Tompi, Dara Arafah: Stop, Ini Mimpi Gue dari SMP!

“Kurang gizi dan istirahat  menyebabkan berkurangnya jumlah darah dan oksigen di otak hingga memicu stroke otak," kata Li. Xiaobin menjalani  perawatan rehabilitasi di rumah sakit Nanning.

Sedangkan Dokter Jin, kepala terapis rumah sakit mengatakan sulit untuk menentukan apakah Xiaobin dapat sepenuhnya pulih. Kecanduan video game telah menjadi masalah di kalangan anak muda di Cina. Mereka  mengabaikan studi, kehidupan sosial hingga keluarga untuk game online.

Banyak orangtua yang kemudian memanfaatkan rehabilitasi detoks digital  sebagai upaya terakhir untuk membatasi fiksasi anak-anak mereka di dunia digital. Kecanduan internet kini sudah dianggap sebagai gangguan klinis di China.***

Halaman:

Editor: Evi Sapitri

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x