Menurut Kaputah, kemiskinan dan penutupan sekolah karena pandemi coronavirus telah berperan dalam meningkatnya kasus perkawinan anak.
Baca Juga: Maraknya Fenomena Mahasiswa Bunuh Diri, Pakar Keperawatan Jiwa Ungkap Fakta-fakta Terkait
"Beberapa keluarga denga sengaja 'menjual anaknya' agar bisa menerima dua atau tiga ekor sapi sebagai mahar," katanya.
Sementara itu, menikahi gadis-gadis di bawah umur telah menjadi masalah di kalangan komunitas Maasai yang mendiami Kabupaten Narok, kata wartawan BBC Peter Mwai di Nairobi.
Dia menambahkan bahwa gadis-gadis disana cenderung dipandang oleh laki-laki, bertanggung jawab atas rumah tangga dan kekayaanya, dan dinikahkan dengan seorang lelaki yang dipilih oleh ayahnya dengan imbalan ternak.
Baca Juga: Jungkook Ternyata Pembangkang yang Sangat Individualis, Bongkar Member BTS Lain Usai Kenal 7 Tahun
Pemerintah telah menindak tradisi tersebut tetapi masih berkembang sebagian karena buruknya penegakan hukum yang ada.
Surat kabar Standard Kenya melaporkan bahwa setelah pengantin pria pertama menawarkan empat sapi sebagai mas kawin, gadis itu protes agar tidak menikah, namun sepupunya memukulinya.
"Saya melarikan diri dan karena saya tidak bisa kembali ke rumah ayah saya karena takut ditegur, saya kawin lari dengan seorang pria berusia 35 tahun, yang sudah menikah," katanya seperti dikutip dalam Standar.
Baca Juga: Pasca Aniaya Ibu Kandung Hingga Tewas, Seorang Pemuda Minta Buku Tuntunan Salat
Artikel Rekomendasi