Pada 2016, Presiden Donald Trump kehilangan suara rakyat nasional, namun berhasil mengamankan 304 suara elektoral menjadi 227.
Hal ini terjadi lantaran kebanyakan orang Amerika Serikat memilih bukan berdasarkan dengan pilihannya, tetapi loyalitas partai.
Baca Juga: Nama 'Muhammad Rocky Gerung' Bikin Geger, Netizen: Jiwanya Tulus dan Netral untuk Sebuah Makna
Secara teknis, kebanyakan orang Amerika Serikat ini telah berjanji untuk memberi dukungan pada kandidat dengan suara terbanyak. Satu suara adalah untuk setiap pemilih di Electoral College.
Setiap negara akan mendapat jumlah elektor tertentu berdasarkan ukuran populasinya.
Sebagai contoh, Anda memiliki 55 pemberi suara elektoral di California. Apabila lawan Anda mendapatkan lebih dari 55, lawan Anda menang. 55 pemberi suara akan berpindah alih ke lawan Anda. Dengan kata lain, jumlah 55 pemberi suara menjadi miliki lawan Anda dan begitu sebaliknya.
Baca Juga: Berlangsung Mulai Hari Ini! Berikut Jadwal Pemilihan hingga Pelantikan Presiden Amerika Serikat 2020
Itulah alasan kandidat ingin memenangi suatu negara dengan sistem pemungutan suara Electoral College.
Terdapat enam negara yang memiliki pemilih terbanyak yaitu California (55), Texas (38), New York (29), Florida (29), Ilinois (20), dan Pennsylvania (20).
Hampir semua kecuali dua negara bagian itu menggunakan pendekatan ‘pemenang-ambil-semua’.
Artikel Rekomendasi