Perdamaian Antara Kabul dan Taliban Mendadak Terhenti, PM Imran Khan Desak Pemerintah Lakukan Ini

- 20 November 2020, 06:11 WIB
Ilustrasi perang.
Ilustrasi perang. /PIXABAY/

Setelah Amerika Serikat sebelumnya menandatangani perjanjian dengan Taliban Afghanistan pada Februari.

Sementara pembicaraan berlanjut, kemajuan berjalan lambat, dan kedua belah pihak belum menyetujui kerangka kerja tentang bagaimana melanjutkannya.

Pada hari Selasa, Amerika Serikat mengumumkan akan secara tajam mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan dari 4.500 menjadi 2.500 sebelum Presiden saat ini Donald Trump meninggalkan jabatannya pada pertengahan Januari.

Baca Juga: Dulu Pramugari Kini Penjual Sate Taichan, Video TikTok Inspiratif ala Martha 'Lawan Covid-19' Viral

Pengumuman itu muncul karena telah terjadi peningkatan kekerasan dengan Taliban terus melakukan serangan yang menargetkan para pemimpin pemerintah, pasukan keamanan dan warga sipil.

Menyusul pengumuman AS, kepala NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa penarikan terburu-buru Amerika Serikat, yang memimpin koalisi NATO di Afghanistan, dapat menyebabkan kekerasan lebih lanjut.

“Kami sekarang menghadapi keputusan yang sulit. Kami telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun, dan tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Tetapi pada saat yang sama, harga untuk pergi terlalu cepat atau dengan cara yang tidak terkoordinasi bisa sangat tinggi,” kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Menyerah karena Doa-doa Tidak Terkabul? Ternyata Ada 3 Cara Allah Swt Mewujudkan Keinginan Manusia

Yang juga mungkin menjadi agenda pembicaraan hari Kamis adalah tuduhan Pakistan baru-baru ini bahwa India menggunakan tanah Afghanistan untuk ‘mensponsori terorisme’ di Pakistan.

Pada hari Minggu, sehari setelah tuduhan itu dibuat, kementerian luar negeri Afghanistan dengan tegas menolak tuduhan tersebut.

Halaman:

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah