Perdamaian Antara Kabul dan Taliban Mendadak Terhenti, PM Imran Khan Desak Pemerintah Lakukan Ini

- 20 November 2020, 06:11 WIB
Ilustrasi perang.
Ilustrasi perang. /PIXABAY/

PR PANGANDARAN – Perjalanan Imran Khan terjadi ketika pembicaraan damai antara Kabul dan Taliban terhenti.

Islamabad, Pakistan. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan memulai kunjungan ke ibukota Afghanistan Kabul untuk memulai pembicaraan dengan Presiden Ashraf Ghani mengenai hubungan bilateral,serta proses perdamaian Afghanistan yang gagap dan masalah lainnya.

Khan mendarat di Kabul pada Kamis untuk kunjungan pertamanya ke tetangga barat laut Pakistan, tempat mereka memfasilitasi pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban Afghanistan.

Baca Juga: Tolak Lamaran sang Kekasih dan Putuskan Menikah dengan Pria Lain, Wanita Muslim Dibakar Hidup-hidup

Pakistan mendesak Taliban untuk memulai pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan.

Abdullah membuat keputusan yang rapuh untuk perdamaian Afghanistan selama perjalanan ke Pakistan.

Menteri Luar Negeri Afghanistan Mohammed Haneef Atmar dan utusan khusus Ghani untuk Pakistan Omar Daudzay menerima tamu kehormatan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul.

Baca Juga: Buntut Penyerangan Brutal 2 November, Gejolak Anti-Muslim Meningkat Pesat di Wina

Graan Hewad, juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengatakan bahwa perdana menteri yang berkunjung akan berbagi pandangannya dengan kepemimpinan Afghanistan tentang peran Islamabad dalam proses perdamaian.

Sebelumnya sebuah pernyataan Pakistan mengatakan bahwa fokus pembicaraan akan lebih pada  memperdalam hubungan bilateral persaudaraan antara Pakistan dan Afghanistan, proses perdamaian Afghanistan, dan pembangunan dan konektivitas ekonomi regional.

Khan akan didampingi oleh Menteri Luar Negeri Shah Mehmood Qureshi dan penasihatnya di bidang perdagangan dan investasi, Razzaq Dawood.

Baca Juga: Baru Mendarat di Indonesia, Habib Rizieq Kembali ‘Pamit’ dan Ajak Umatnya Lakukan Hal Ini

Kunjungan perdana menteri Pakistan itu terjadi ketika hubungan yang meningkat antara kedua negara.

Ditandai dengan banyak pejabat pemerintah Afghanistan mengunjungi Pakistan pada bulan-bulan sebelumnya.

Termasuk di dalamnya kepala perdamaian Afghanistan Abdullah, ketua majelis rendah Parlemen Afghanistan Rahman Rahmani dan Menteri Perdagangan Nisar Ahmad Ghoraini.

Baca Juga: AS Labeli Gerakan Boikot Bela Palestina Minta 'Persamaan Hak' Gegara Dicap Tekan Ekonomi Israel

Pada bulan Oktober, Pakistan juga menjadi tuan rumah Gulbuddin Hekmatyar.

Pembicaraan damai antara negosiator pemerintah Afghanistan dan Taliban Afghanistan di ibu kota Qatar, Doha, akan menjadi fokus selama kunjungan Khan.

Pembicaraan bersejarah antara kedua pihak untuk mengakhiri perang 19 tahun di Afghanistan dimulai pada September.

Baca Juga: Temukan Bukti Kejahatan, Australia Minta Maaf Telah Membantai Puluhan WN Afghanistan: Kami Sedih

Setelah Amerika Serikat sebelumnya menandatangani perjanjian dengan Taliban Afghanistan pada Februari.

Sementara pembicaraan berlanjut, kemajuan berjalan lambat, dan kedua belah pihak belum menyetujui kerangka kerja tentang bagaimana melanjutkannya.

Pada hari Selasa, Amerika Serikat mengumumkan akan secara tajam mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan dari 4.500 menjadi 2.500 sebelum Presiden saat ini Donald Trump meninggalkan jabatannya pada pertengahan Januari.

Baca Juga: Dulu Pramugari Kini Penjual Sate Taichan, Video TikTok Inspiratif ala Martha 'Lawan Covid-19' Viral

Pengumuman itu muncul karena telah terjadi peningkatan kekerasan dengan Taliban terus melakukan serangan yang menargetkan para pemimpin pemerintah, pasukan keamanan dan warga sipil.

Menyusul pengumuman AS, kepala NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa penarikan terburu-buru Amerika Serikat, yang memimpin koalisi NATO di Afghanistan, dapat menyebabkan kekerasan lebih lanjut.

“Kami sekarang menghadapi keputusan yang sulit. Kami telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun, dan tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Tetapi pada saat yang sama, harga untuk pergi terlalu cepat atau dengan cara yang tidak terkoordinasi bisa sangat tinggi,” kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Menyerah karena Doa-doa Tidak Terkabul? Ternyata Ada 3 Cara Allah Swt Mewujudkan Keinginan Manusia

Yang juga mungkin menjadi agenda pembicaraan hari Kamis adalah tuduhan Pakistan baru-baru ini bahwa India menggunakan tanah Afghanistan untuk ‘mensponsori terorisme’ di Pakistan.

Pada hari Minggu, sehari setelah tuduhan itu dibuat, kementerian luar negeri Afghanistan dengan tegas menolak tuduhan tersebut.

“Kementerian Luar Negeri, setelah dengan hati-hati meninjau video konferensi pers, menolak tuduhan tersebut dan menegaskan kembali bahwa sama sekali tidak ada bukti bahwa Malik (Feraydoon Khan) Mohmand, salah satu pemimpin suku di provinsi Nangarhar, terlibat dalam teroris. Serangan di Universitas Pertanian Peshawar, ”kata pernyataan Afghanistan.***

 

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah