DPR Bahas Soal RUU Minol, Sekjen MUI Sebut Miras Tak Baik untuk Kesehatan hingga Puji Gubernur Papua

- 13 November 2020, 19:52 WIB
Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas.*
Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas.* /Antara Foto/Anom Prihantoro.

PR PANGANDARAN – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Anwar Abbas mengatakan bahwa pemerintah harus tegas mengenai Rancangan Undang-Undang Larangan Minuman Beralkohol (RUU Minol) yang tengah dibahas oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR RI baru-baru ini.

Anwar Abbas juga menegaskan bahwa tugas pemerintah adalah untuk melindungi rakyatnya dan pemerintah juga sudah tahu jika minuman keras itu berbahaya bagi yang mengkonsumsinya.

"Minuman keras itu tidak baik, baik menurut agama maupun menurut ilmu terutama ilmu kesehatan. Maka dari itu, pemerintah serta DPR ya jangan membuat peraturan yang akan membuat rakyatnya akan jatuh sakit dan atau akan terkena penyakit atau bahkan bisa sampai melanggar ajaran agamanya, apalagi kalau kita ingat bahwa negara kita tercinta ini berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang sesuai dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1," jelas Anwar Abbas dalam keterangannya pada Jumat, 13 November 2020.

 Baca Juga: Dikatai Jahat dan Rakus Uang, Big Hit Diserbu K-Netz Soal Konser Offline ‘2021 NEW YEAR'S EVE LIVE’

Oleh karena itu, Anwar Abbas ingin menegaskan jika mengkonsumsi miras jelas bertentangan dengan ajaran agama manapun yang ada di Indonesia, serta ia juga tidak akan segan-segan untuk memberikan pujian kepada Gubernur Papua Lukas Enembe yang menerapkan Perda Miras di Papua.

"Mulai dari sinilah saya kagum kepada Gubernur Papua Lukas Enembe yang benar – benar ingin memajukan provinsinya serta melindungi rakyatnya, dimana seperti kita ketahui bahwa dia bersikeras untuk tetap melaksanakan Perda Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pelarangan Peredaran Minuman Keras di Bumi Cenderawasih," ungkapnya.

Tidak hanya sampai itu, menurutnya pendekatan yang dilakukan oleh Lukas Enembe jelas bukan pendekatan agama melainkan lebih pada pendekatan rasional atau ilmu dan budaya karena Lukas Enembe tahu bahwa minum minuman keras itu berkorelasi dengan produktivitas, kesehatan serta kematian.

Baca Juga: Gunung Merapi Meletus, Kemensos Siapkan Tenda Sesuai Standar Prokes Covid-19 untuk Pengungsi

Lukas Enembe juga melihat efek dari minuman keras yang membuat produktivitas rakyatnya menjadi bermasalah, sehingga keinginannya untuk memajukan provinsinya terkendala oleh budaya serta perilaku sebagian rakyatnya yang tidak mendukung.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: RRI


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah