Dikutip Pikiran-Rakyat.Pangandaran.com dari laman The Conversation, penyebab tingginya kadar peptida itu masih perlu diteliti lebih lanjut.
“Namun data awal menunjukkan kandungan protein dalam terasi Indonesia paling tinggi dibandingkan terasi dari Filipina dan Cina,” ujarnya.
Baca Juga: Menurut Peneliti Orang yang Depresi di Awal Usia Dewasa, Masa Tuanya Berisiko Hadapi Demensia
“Protein ini dapat diubah oleh mikrob fermentasi menjadi peptida γ-Glutamyl-Valyl-Glycine yang mampu meningkatkan cita rasa terasi,” tutur peneliti Unika Atma Jaya tersebut.
Terkait strategi ekspor terasi Indonesia, Widya menyatakan perlunya memproduksi produk itu secara baik dan konsisten.
Selain perlunya memperhatikan proses produksi, strategi lainnya adalah penggunaan bahan baku yang segar dan seragam, penggunaan mikroba yang sengaja ditambahkan, dan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan industri.***
Artikel Rekomendasi