800 Kali Ditolak Perusahaan, Pemuda S2 Lulusan Jerman Ini Pantang Menyerah Meski Bukan Penduduk Asli

5 Februari 2021, 07:45 WIB
Ilustrasi pencari kerja /mohamed-hassan/pixabay/

PR PANGANDARAN - Abdul Kader Tizini, pemuda Suriah yang memutuskan untuk menempuh pendidikan S2 Jurusan Teknik Mesin di salah satu universitas teknik ternama di RWTH Aachen, Jerman, hingga menjadi lulusan di sana.

Meski raih lulusan gelar master di universitas ternama di Jerman, Abdul Kader Tizini yang merupakan orang asing merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan negara tersebut.

Abdul Kader Tizini tidak pernah mengira bahwa dirinya akan kesulitan mendapatkan pekerjaan, meski sudah meraih lulusan gelar master di Jerman.

Dirinya berpikir hanya akan membutuhkan waktu berminggu-minggu saja sebelum mendapatkan pekerjaan impiannya.

Baca Juga: Cek Fakta: Covid-19 Diklaim Bukan Virus Berbahaya dan Tidak Menular, Simak Faktanya

Namun, Lebih dari sebulan kemudian, Covid-19 ada di Jerman hingga menghentikan perusahaan untuk membuka lapangan kerja selama satu dekade.

Hingga saat iniAbdul Kader Tizini tidak pantang menyerah untuk mencari pekerjaan walaupun sudah 800 kali ditolak perusahaan, dan sudah 80 kali diwawancara.

Menurutnya, bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda pun orang asing di Jerman kesulitan mendapatkan pekerjaan di negara dengan ekonomi terbesar Eropa.

Sementara saat ini, hadirnya Covid-19 semakin mempersulitnya dalam mencari pekerjaan.

"Perusahaan berpikir, 'Dengan orang asing kami harus menjelaskan ide itu dua kali, dengan penduduk asli hanya sekali'," katanya kepada Reuters yang dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com.

Baca Juga: Update Tim WHO Penyelidik Covid-19 di Wuhan, Klaim Goa Kelelawar Perlu Dijelajahi untuk Cari Asal-Usul Pandemi

Tidak hanya itu, di masa pandemi Covid-19 yang memberlakukan lockdown di negara tersebut, memilih untuk menerima penduduk asli Jerman karena kesamaannya.

"Di masa yang tidak aman seperti ini, orang cenderung memilih sesuatu yang menurut mereka aman dengan mengandalkan keterampilan bahasa, ciri budaya, dan pemahaman yang mumpuni," ujar lulusan Universitas RWTH Aachen lainnya.

Selain itu, mempekerjakan ribuan karyawan yang di-PHK di ribuan perusahaan Jerman berarti lulusan asing seperti Abdul Kader Tizini akan menghadapi persaingan ketat dengan lulusan asli dan profesional yang menganggur.

Baca Juga: Berbahaya, Logam Berat Beracun Penyebab Kerusakan Saraf Ditemukan di Makanan Bayi

Tidak seperti warga negara Jerman dan Uni Eropa, yang berhak atas tunjangan pengangguran dan bantuan akibat Covid-19, banyak lulusan asing yang tidak memenuhi syarat.

Sementara itu, keputusannya dan ratusan ribu siswa internasional tertarik belajar di Jerman dalam dekade terakhir karena didorong oleh sistem pendidikan tinggi yang bereputasi namun hampir gratis serta prospek kerja pasca-kelulusan yang bagus.

Saat ini, jumlah siswa internasional di Jerman meningkat hingga sekitar 70% antara 2009 dan 2019, berdasarkan data dari Kantor Statistik Federal. ***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler