Temukan Wanita 90 Tahun Terinfeksi Dua Varian Covid-19 Sekaligus, Peneliti: Fenomena Ini Diremehkan, Tapi...

13 Juli 2021, 17:05 WIB
Seorang peneliti Belgia melaporkan temuan wanita 90 tahun yang terinfeksi dua varian Covid-19 sekaligus, bahwa fenomena ini diremehkan. //Pixabay/

PR PANGANDARAN - Seorang peneliti Belgia melaporkan temuan kasus Covid-19 yang mengejutkan, ketika seorang wanita berusia 90 tahun meninggal setelah terinfeksi dua varian Covid-19 yang berbeda, yang mana ini berarti ada risiko lain dalam perang melawan penyakit itu.

Dalam analisis beberapa varian Covid-19, para ilmuwan menemukan wanita usia 90 tahun itu telah terinfeksi Covid-19 varian Alfa, yang pertama kali muncul di Inggris, dan varian Beta, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.

Namun begitu, wanita 90 tahun yang terinfeksi Covid-19 dengan dua varian itu mungkin berasal dari orang yang berbeda, menurut sebuah laporan yang diterbitkan Sabtu dan dipresentasikan di Kongres Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular Eropa.

Baca Juga: Pacaran 8 Bulan, Billy Syahputra Akhirnya Ungkap Alasan Putus dengan Amanda Manopo

Kemudian diketahui, wanita itu dirawat di rumah sakit Belgia pada Maret setelah beberapa kali jatuh, dan dinyatakan positif Covid-19 pada hari yang sama.

Hanya saja, sebelumnya dia tinggal sendirian dengan menerima perawatan di rumah, dan belum divaksinasi.

Gejala pernapasannya memburuk dengan cepat dan dia meninggal lima hari kemudian.

Ketika sampel pernapasannya diuji untuk varian yang menjadi perhatian, kedua strain ditemukan dalam dua tes.

Baca Juga: Usai Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, Denny Darko Ramal Ada Lagi Artis Terjerat Kasus Narkoba, Siapa?

Para peneliti tidak dapat mengatakan apakah koinfeksi memainkan peran dalam kemerosotannya yang cepat.

Lebih lanut, gagasan infeksi ganda tidak sepenuhnya baru.

Terbukti pada Januari lalu, para ilmuwan Brasil melaporkan dua kasus koinfeksi Covid-19, tetapi penelitian tersebut belum dirilis dalam jurnal ilmiah.

Para peneliti sebelumnya juga telah menemukan bukti orang terinfeksi dengan berbagai jenis influenza.

Baca Juga: Usai Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, Denny Darko Ramal Ada Lagi Artis Terjerat Kasus Narkoba, Siapa?

Artinya, kasus-kasus itu menunjukkan koinfeksi mungkin lebih umum daripada yang diketahui saat ini.

"Kejadian global dari fenomena ini mungkin diremehkan karena pengujian terbatas untuk varian yang menjadi perhatian dan kurangnya cara sederhana untuk mengidentifikasi koinfeksi dengan sekuensing seluruh genom," kata Anne Vankeerberghen, seorang ahli biologi molekuler sekaligus penulis utama studi 'Mewaspadai koinfeksi tetap penting', disampaikan dari Rumah Sakit OLV di Aalst, Belgia.

Contoh-contoh seperti itu juga menimbulkan pertanyaan tentang seberapa banyak perlindungan yang dapat diberikan oleh vaksin.

Dengan varian Delta yang menyebar cepat sekarang hingga menjadi strain dominan di banyak tempat, termasuk Inggris, seketika mendorong sejumlah pembuat vaksin bergegas untuk menguji vaksin Covid-19 mereka terhadap varian, bahkan membuat versi baru yang dapat memberikan pertahanan yang lebih baik.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler