Bom Bunuh Diri Meledak di Pintu Masuk Afghanistan, ISIS Dicurigai Jadi Dalang Puluhan Orang Tewas

15 November 2020, 10:27 WIB
Ilustrasi Bom /Pixabay

PR PANGANDARAN – Afganistan membawa berita mengejutkan. Baru-baru ini terjadi sebuah insiden yang menelan banyak korban jiwa.

Diketahui sebuah bom mobil bunuh diri meledak di pintu masuk barat ibukota Afghanistan, tepatnya di Kabul.

Salah seorang pejabat Afganistan mengungkapkan bahwa insiden ini telah menewaskan sedikitnya tiga tentara dan melukai empat orang lainnya.

Baca Juga: Namanya Dijadikan Plesetan hingga Trending, Bintang Emon: Alhamdulillah dari Lahir Punya Mahaputera

Menurut Juru bicara Kementrian Dalam Negeri, Tariq Arian ledakan pada hari Jumat ini menargetkan pos pemeriksaan pemerintah yang berada di dekat gerbang ibu kota Kabul.

Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab, meski kecurigaan langsung jatuh pada Taliban.

Serangan terhadap pos pemeriksaan militer kemudian disusul kekerasan selama berminggu-minggu.

Baca Juga: Cocokologi Netizen soal Posisi TV dan Gorden di Video Syur Mirip Gisel Disebut Salah, Ini 4 Alasan

Termasuk di dalamnya serangan orang-orang bersenjata pada awal bulan yang telah menewaskan 22 orang. Kebanyakan korban merupakan mahasiswa Universitas Kabul.

Serangan itu kemudian diklaim oleh kelompok bersenjata ISIS.

Pada hari Kamis, pejuang Taliban menyerang pos pemeriksaan pasukan keamanan pemerintah di provinsi Kunduz utara.

Baca Juga: #IndonesiaTerserah yang Punya Kuasa Digaungkan dr.Tirta: Jrx Dipenjara, Nikah Dikasih 20 Ribu Masker

Juru bicara Gubernur Provinsi Kunduz Utara mengatakan bahwa insiden tersebut menewaskan lima tentara dan melukai dua lainnya.

Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan 10 pejuang Taliban tewas dalam pertempuran itu.

Pada hari yang sama, wartawan radio Elyas Dayee tewas di provinsi Helmand, Afghanistan selatan dalam ledakan bom.

Baca Juga: 5 Zodiak Tukang Selingkuh, Alasan Scorpio Gegara Ingin Balas Dendam, Gemini Ngaku Tobat Tapi Bohong

Dayee adalah jurnalis kedua yang terbunuh dalam waktu kurang dari seminggu.

Tindakan ini mendapat kecaman dari Human Rights Watch. Karena tindakan ini dianggap sebagai ancaman serangan Taliban terhadap media. Namun, tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Kekerasan dan kekacauan telah meningkat di negara itu dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun pertemuan berulang kali terjadi antara negosiator pemerintah dan Taliban di Qatar.

Baca Juga: Quraish Shihab Menolak Dipanggil Habib: Saya Belum Sampai ke Tingkat Itu, Hati Kecil Saya Terbebani

Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama beberapa dekade di Afghanistan.

Namun, kedua belah pihak hanya membuat sedikit kemajuan.

Kepala negosiasi perdamaian pemerintah, Abdullah Abdullah mengatakan kurangnya kemajuan dalam negosiasi dan mengutuk kekerasan Taliban.

Baca Juga: Mengaku Tidak Suka Dibandingkan, Raisa: Jadi Musisi Wanita Itu Lebih Sulit, Berat di Mental

"Pembicaraan itu tidak berdampak pada pengurangan kekerasan dan memperbaiki situasi keamanan, lalu ke mana mereka akan membawa kami," ungkap Abdullah sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Aljazeera.

Sementara utusan perdamaian Washington untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad mendesak kesepakatan gencatan senjata.

Hal ini ditolak Taliban. Kelompok ini mengatakan gencatan senjata permanen akan menjadi bagian dari negosiasi.

Baca Juga: Rombak Jabatan Covid-19 ala Jokowi: Sri Mulyani Dilengserkan Erick Tohir dan Rebut Jabatan Terawan

Pembicaraan itu merupakan bagian dari kesepakatan yang dinegosiasikan antara Amerika Serikat dan Taliban untuk mengizinkan pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afghanistan.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler