Kalah Telak 29-0, Tim Sepak Bola Wanita di Brasil Alami Pelecehan, Isu Diskriminasi Gender Mencuat

20 November 2020, 08:21 WIB
Bendera Brasil. /Pixabay/gleidiconrodrigues/

PR PANGANDARAN - Pil pahit harus ditelan tim sepak bola wanita, Taboao da Serra yang dilibas dalam pertandingan liga bulan lalu dengan kekalahan telak skor 29-0. Tak pelak berita kekalahan itu menjadi pembicaraan hangat di seluruh dunia.

Keadaan menjadi lebih buruk bagi klub kecil yang berbasis di luar kota terbesar Brasil, Sao Paulo tersebut. Ternyata kekalahan telak itu bukanlah yang terakhir.

Mereka kalah dalam tiga pertandingan berikutnya dengan masing-masing skor 14-0, 10-0 dan 16-0. Hingga akhirnya tersingkir dari kejuaraan negara bagian Sao Paulo di babak penyisihan grup.

Baca Juga: Lengkapi Barang Bukti Kasus Kerumunan di Petamburan, Polisi Ambil Rekaman CCTV Sekitar Lokasi

Salah satu pemain Taboao da Serra, Geovana Mendes dan rekan satu timnya tampak menangis di ruang ganti usai pertandingan melawan Palmeiras untuk Kejuaraan Wanita Paulista yang melibasnya dengan skor 16-0.

Kekalahan tersebut menimbulkan perdebatan soal seberapa besar hasil ini menunjukkan ketimpangan dalam olahraga dari segi perkembangan sosial dan gender di Brasil. Bahkan juga memicu perdebatan lain soal daya saing pemain sepak bola wanita di Brasil.

Sungguh malang, selain alami kekalahan telak, para pemain juga menerima tindakan pelecehan verbal berupa ejekan seksis.

Baca Juga: Dampak Pembatasan Pandemi Covid-19, Kini Nitrogen Dioksida Global Turun hingga 50 persen

"Mereka mengatakan sepertinya seluruh tim terkena Covid-19, jangan repot-repot bermain, hal-hal semacam itu, Anda tahu," kata kapten Lohane Ferreira, seperti dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari laman Reuters pada Rabu, 18 November 2020.

Para pemain wanita juga terus dibanding-bandingkan dengan pemain pria, lanjut Lohane, bahwa lebih baik melakukan kegiatan domestik seperti mencuci piring dan jadi pelayan pria daripada bermain sepak bola.

“(Mereka) berbicara seolah-olah sepak bola hanya untuk pria, bahwa wanita harus tinggal di rumah mencuci piring, seperti budak pria. Sebagian besar pemain mendapatkan pesan semacam ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Ngaku Belum 'Tidur Berdua' Usai Menikah, Sule dan Nathalie Bagikan Cerita Lucu: Ferdy Ngintilin Mulu

Hasil kekalahan telak yang diikuti dengan pelecehan secara verbal tersebut menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh para pesepakbola wanita di Brasil.

Padahal, telah diketahui banyak orang bahwa Brasil terkenal sebagai rumah spiritual sepak bola. Di sanalah tempat kelahiran para bintang seperti Pele, Ronaldo Nazario, dan Neymar. Brasil juga menjadi negara satu-satunya yang lima kali memenangkan Piala Dunia sepak bola pria.

Sebetulnya, tim wanita Brasil terbilang kompetitif di pentas dunia. Namun semenjak pemain-pemain top seperti Marta, satu-satunya wanita yang enam kali memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Dunia mulai berkiprah di luar negeri, mayoritas pemain wanita lainnya berjuang begitu keras untuk bertahan.

Baca Juga: Politisi Bobi Wine Ditangkap, Protes Maut di Uganda Meletus hingga Sebabkan Kekacauan Total

Tak hanya, pelecehan secara verbal, sebuah klub senior dituduh telah membatasi pemberiannperalatan atau fasilitas untuk tim wanitanya. Bahkan gaji untuk mereka pun dibedakan dari tim pria.

“Kami tidak memiliki bantuan lain, bahkan sepatu bot,” ujar gelandang Alieni Baciega Roschel.

Maka tak aneh bila pendapat mereka sama sekali tak seimbang dengan pengeluaran kebutuhan dan juga tenaga yang telah dicurahkan untuk berlatih dan bertanding.

“Semua pemain harus membayar perlengkapan mereka sendiri. Mereka membayar dengan cara mereka sendiri untuk mendapatkan pelatihan. Setiap dari mereka menghabiskan antara 20 reais dan 30 reais ($ 3,77 dan $ 5,66) sehari untuk transportasi, beberapa membutuhkan dua atau bahkan tiga jam untuk sampai di rumah, beberapa datang langsung dari kantor," ungkapnya.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler