Protes Kudeta Militer, Warga Myanmar Ramai-ramai Pukul Panci dan Wajan, Kenapa?

- 7 Februari 2021, 19:40 WIB
Masyarakat Myanmar Memukul Panci dan wajan sebagai bentuk protes terhadap aksi kudeta oleh junta militer.
Masyarakat Myanmar Memukul Panci dan wajan sebagai bentuk protes terhadap aksi kudeta oleh junta militer. /Channel News Asia

PR PANGANDARAN -  Tak hanya terjadi di tataran politik tingkat atas, kegaduhan akibat aksi kudeta yang dilancarkan militer Myanmar pun berlangsung di tataran akar rumput.

Kegaduhan yang dimaksud dalam konteks ini adalah benar-benar suara gaduh yang dibuat oleh sebagian masyarakat Myanmar dari panci dan wajan yang dipukulnya secara serentak dan berulang-ulang, seakan bukti protes akan kudeta militer.

Selama dua malam berturut-turut, aksi protes kudeta militer dilakukan dengan penduduk Yangon ramai-ramai berdiri di luar rumah pada jam 8 malam untuk menciptakan sebanyak mungkin kegaduhan.

Baca Juga: Intip Sosok Karlie Fu, Suami Baru Ikke Nurjanah yang Lebih Muda 16 Tahun

Hal itu dilakukan oleh mereka sebagai bentuk ketidaksenangan atas kudeta yang terjadi di negaranya.

Penduduk Yangon ikut memprotes pengambilalihan kekuasaan oleh pihak militer baru-baru ini yang menggulingkan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.

Aung San Suu Kyi dan para pemimpin sipil lainnya ditahan dalam upaya penggerebekan pada Senin dini hari.

Baca Juga: Lirik Lagu Say I'm Sorry - Afgan Lengkap Terjemahan Bahasa Indonesia

Pengerahan personel tentara mencegah timbulnya aksi demonstrasi. Namun, penduduk di ibukota komersial Yangon tak kehabisan akal untuk bisa menunjukkan protesnya.

Memukul-mukul panci dan wajan adalah upaya alternatif mereka untuk berdemonstrasi, atau dinamakan dengan 'Gerakan Pembangkangan Sipil'.

Mereka tidak turun kejalan dan membuat kerusuhan, apalagi menghadapi kemarahan tank dan senjata militer.

Terlebih, laporan militer mengeluarkan 'perintah untuk menembak' pos jam 12 pagi kepada siapa saja yang berupaya melakukan demonstrasi.

Baca Juga: Toilet Unisex Merugikan Wanita, Marak Beredar di Inggris hingga Ahli Beberkan Dampaknya

Penduduk Yangon, selama dua malam terakhir, telah menunggu-nunggu saat jam menunjukkan pukul 8 malam (waktu setempat) untuk memukul-mukul panci dan wajan di jalan dan di sekitar rumah mereka selama sekitar 15-30 menit.

Sementara itu, orang-orang yang ada di dalam mobil mereka pada saat itu secara bersamaan membunyikan klakson tanpa henti.

Aksi protes semacam ini bukanlah tanpa alasan. Sebab tak bisa berdemonstrasi, warga memilih cara tradisional yang dipercaya dapat mengusir kejahatan yang ada di bumi tempat tinggal mereka.

"Ini adalah cara tradisional Burma untuk menangkal kejahatan, rujukannya jelas," kata salah seorang penduduk di Yangon, seperti dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari laman India Today pada Kamis, 4 Februari 2021.

Baca Juga: Wishnutama Sebut Tak Bercita-cita Jadi Seorang Menteri: Pengennya di Swasta, Bebas

Seorang aktivis yang merupakan salah satu dalang di balik Gerakan Pembangkangan Sipil yang menentang kudeta, Thinzar Shunlei Yi, mengungkapkan kalau hal itu biasa dilakukan orang-orang.

Menurutnya, maksud dari simbol kejahatan yang hendak mereka usir adalah junta militer yang melakukan kudeta di negaranya.

"Kami biasa melakukannya untuk mengusir kejahatan keluar dari desa atau keluar rumah. Orang-orang menggunakan taktik ini untuk mengusir junta militer ke luar negeri," ungkapnya.

Baca Juga: Bisa Berbahaya Pakai Warna Hitam dan Putih saat Imlek 2021, Ini 5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Lainnya

Sementara itu, pada hari Rabu, 3 Februari 2021, Aung San Suu Kyi didakwa atas pelanggaran perdagangan dan dikembalikan ke tahanan.

Kendati menuai banyak kecaman dari negara-negara di dunia, hal itu tidak menghentikan rezim baru ini untuk mengambil langkah-langkah keras terhadap siapa saja yang menghalangi mereka.

Kudeta yang mengejutkan itu membuat Myanmar kembali ke masa-masa matinya demokrasi secara mengerikan, yaitu ketika pemerintah Myanmar berada di bawah kendali kekuasaan militer dengan tangan besi selama hampir lima dekade.****

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: India Today


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah