Jerman mengatakan keputusan Turki mengirim singal yang salah. "Baik budaya, agama, atau tradisi nasional lainnya tidak dapat dijadikan alasan untuk mengabaikan kekerasan terhadap perempuan," kata kementerian luar negeri.
Turki tidak menyimpan statistik resmi tentang femisida.
Tetapi angka itu secara kasar meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir, menurut sebuah kelompok yang memantau femisida. Sejauh tahun ini 78 wanita telah dibunuh atau meninggal dalam keadaan yang mencurigakan, katanya.
Baca Juga: Diiringi Isak Tangis, Pesan Menyentuh KD ke Aurel: Menyusuimu saat Aku Masih Muda adalah Karunia
Data Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan 38 persen wanita di Turki menjadi sasaran kekerasan dari pasangannya seumur hidup, dibandingkan dengan 25 persen di Eropa.
"Malu pada kefanatikan, patriarki, ketidakberesan yang melindungi para pengganggu dan pembunuh, bukan wanita," kata penulis Turki Elif Safak di Twitter tentang penarikan tersebut.
Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu, dari partai oposisi utama, mengatakan membatalkan pakta itu "menyakitkan" dan mengabaikan perjuangan perempuan selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Kerap Genit pada Wanita Cantik dan Seksi, Hotman Paris Ternyata Tunduk ke Istri Gara-Gara Ini
Turki bukan negara pertama yang menarik diri dari kesepakatan itu. Pengadilan tertinggi Polandia memeriksa pakta tersebut setelah seorang anggota kabinet mengatakan Warsawa harus keluar dari perjanjian yang dianggap terlalu liberal oleh pemerintah nasionalis.
Artikel Rekomendasi