Ribuan Warga Turki Protes Uighur di Tiongkok, Pengunjuk Rasa: Apakah Mereka Hidup atau Mati ?

- 27 Maret 2021, 09:10 WIB
Muslim Uighur dan aktivis melakukan aksu protes menentang kunjungan Menlu China Wang Yi ke ibu kota Turki di depan Kedutaan Besar China di Ankara, Turki, 25 Maret 2021.
Muslim Uighur dan aktivis melakukan aksu protes menentang kunjungan Menlu China Wang Yi ke ibu kota Turki di depan Kedutaan Besar China di Ankara, Turki, 25 Maret 2021. /REUTERS/Cagla Gurdogan/

PR PANGANDARAN – Turki diketahui telah mengangkat masalah Muslim Uighur selama pembicaraan dengan menteri luar negeri Tiongkok di Ankara.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa ratusan pengunjuk rasa dari Muslim Uighur memprotes perlakuan terhadap kerabat etnis mereka di Tiongkok.

Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi bertemu Cavusoglu dan Presiden Turki, Tayyip Erdogan pada hari Kamis lalu, sehingga ini mendasari sekitar 1.000 pengunjuk rasa berkumpul di Istanbul, meneriakkan ‘Diktator Tiongkok’ dan ‘Hentikan genosida Uighur, tutup kamp’.

Baca Juga: Ayus-Nissa Sabyan Bakal Bernasib Sama Seperti Mulan-Dhani, Denny Darko: Jika Menikah, Karier...

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Aljazeera, beberapa orang mengibarkan bendera biru-putih, sebagai sebuah gerakan kemerdekaan Turkestan Timur, gerakan yang ditunjukan untuk Xinjiang.

“Kami di sini untuk menanyakan tentang keluarga kami. Mengapa kita tidak bisa berhubungan dengan keluarga kita? Apakah mereka hidup atau mati? Dimana mereka? Apakah mereka ada di kamp atau di luar?” kata Imam Hasan Ozturk, seorang pengunjuk rasa Uighur.

Beijing menyetujui perjanjian ekstradisi antara kedua negara pada bulan Desember dan dengan kesepakatan menunggu ratifikasi oleh parlemen Turki.

Baca Juga: Kapal Raksasa Bikin Macet Terusan Suez, Dunia Rugi Besar hingga Rp5,7 Triliun per Jam

Diketahui sekitar 40.000 orang Muslim Uighur tinggal di Turki telah meningkatkan upaya untuk menyoroti penderitaan mereka, mengadakan protes rutin di ibu kota Ankara, serta kota terbesar Istanbul.

Cavusoglu membantah bahwa perjanjian ekstradisi antara kedua negara akan menyebabkan Muslim Uighur dikirim kembali ke Tiongkok.

Ia mengatakan bahwa kesepakatan itu serupa dengan yang dimiliki Turki dengan negara lain.

Kekhawatiran warga Uighur dipicu oleh ketergantungan Ankara pada Tiongkok untuk vaksin Covid-19.

Baca Juga: Berulang Kali Minta Maaf pada Gempi atas Kesalahannya, Gisel: Aku Buat Masa Kecil Ga Sempurna untuknya

Hal ini teradi setelah Turki menerima 15 juta dosis dari Sinovac Biotech dan memesan puluhan juta lebih.

Minggu ini, Turki menerima 1,4 juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh BioNTech, vaksin pertama yang bukan dari Tiongkok.

Diketahui pula bahwa pakar PBB memperkirakan setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan di pusat penahanan di Xinjiang, Tiongkok.

Baca Juga: 'Mimpi Buruk Covid-19 Berlanjut', Bill Gates Beberkan Akhir Pandemi Belum Terlihat Tahun Ini

Tiongkok pun menanggapi dan membantah tuduhan genosida, ia juga memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak mencampuri urusan dalam negerinya.

Lebih lanjut seorang juru bicara Kedutaan Tiongkok mengatakan bahwa orang Uighur yang melakukan protes di dekat tempat diplomatik Tiongkok di Turki hanyalah mencoba menipu Turki dan merusak hubungan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah