“Kami menempatkan kamera pendeteksi emosi 3m dari subjek. Ini mirip dengan alat pendeteksi kebohongan tetapi teknologinya jauh lebih maju,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan perannya dalam memasang kamera di kantor polisi di provinsi tersebut.
Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Malam Ini, 27 Mei 2021: Andin Penjarakan Elsa yang Buang Reyna ke Panti Asuhan?
Di Xinjiang, petugas polisi menggunakan kursi penahan di mana pergelangan tangan dan pergelangan kaki seseorang dikunci dengan pengekang logam, kata insinyur tersebut.
Dia berbicara tentang bagaimana AI dilatih untuk mengenali dan menganalisis "perubahan kecil pada ekspresi wajah dan pori-pori kulit".
Menurut klaimnya, perangkat lunak tersebut kemudian membuat diagram lingkaran dengan segmen merah yang menunjukkan kondisi pikiran negatif atau cemas.
Baca Juga: Youtuber India Ditangkap Setelah Menerbangkan Anjing dengan Balon Gas
Sebagai tanggapan, direktur Human Rights Watch China, Sophie Richardson mengaku kaget usai melihat bukti yang diberikan oleh insinyur perangkat lunak tersebut.
“Ini adalah materi yang mengejutkan. Bukan hanya orang-orang yang direduksi menjadi diagram lingkaran, tetapi orang-orang yang berada dalam situasi yang sangat memaksa, di bawah tekanan yang sangat besar, merasa gugup dan itu dianggap sebagai indikasi rasa bersalah, dan saya pikir, itu sangat bermasalah. "
Sementara itu, pada Juli 2018, hak paten diajukan oleh Huawei dan China Academy of Sciences untuk mendeskripsikan produk pengenalan wajah yang mampu mengidentifikasi orang berdasarkan etnis mereka.
Artikel Rekomendasi