Taliban Kuasai Penuh Afghanistan, Ketakutan dan Kepanikan Warnai Kota Kabul

- 16 Agustus 2021, 10:50 WIB
Ilustrasi. Ketakutan dan kepanikan dikabarkan mewarnai Kota Kabul usai wilayah Afghanistan dikuasai penuh Taliban.
Ilustrasi. Ketakutan dan kepanikan dikabarkan mewarnai Kota Kabul usai wilayah Afghanistan dikuasai penuh Taliban. /Social Media Websiter via Reuters/via REUTERS

 

PR PANGANDARAN - Taliban menguasai Afghanistan pada hari Senin setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan negara itu dan mengakui pemberontak telah memenangi perang 20 tahun.

Runtuhnya pemerintahan yang sangat cepat, dengan kelompok teror mengambil alih istana presiden pada Minggu malam, memicu ketakutan dan kepanikan di ibu kota Kabul,

Ribuan orang pada hari Senin mencoba melarikan diri dari Kabul dan kelompok garis keras yang ditakuti dari kekuasaan Islam Taliban.

Baca Juga: Pledis Entertainment Dapatkan Hak Manajemen untuk fromis_9

Ghani melarikan diri pada hari Minggu ketika kelompok teror itu mengepung Kabul, dengan Taliban menyegel kemenangan militer nasional yang membuat semua kota jatuh ke tangan mereka hanya dalam 10 hari.

"Taliban telah menang dengan penghakiman pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka," kata Ghani dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke Facebook.

Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial, salah satu pendiri Taliban Abdul Ghani Baradar juga mengumumkan kemenangan gerakannya.

Baca Juga: Kanal YouTube Seo Shin Ae Diteror dengan Komentar Kebencian usai Soojin Keluar dari (G)I-DLE

“Sekarang saatnya menguji dan membuktikan, sekarang kita harus menunjukkan bahwa kita bisa mengabdi kepada bangsa dan menjamin keamanan dan kenyamanan hidup,” ujarnya.

Pasukan pemerintah runtuh tanpa dukungan militer AS yang menginvasi pada 2001 setelah serangan 11 September dan menggulingkan Taliban atas dukungannya terhadap Al Qaeda.

Amerika Serikat akhirnya gagal membangun pemerintahan demokratis yang mampu menahan Taliban, meskipun menghabiskan miliaran dolar dan memberikan dukungan militer selama dua dekade.

Baca Juga: Yuk Intip Resep Capcay Goreng, Sehat dan Banyak Makna

Presiden AS Joe Biden bertekad untuk menarik semua pasukan Amerika pada akhir bulan ini, bersikeras tidak ada pilihan dan dia tidak akan "menyerahkan perang ini" ke presiden lain.

Tetapi Pemerintah AS dikejutkan oleh keruntuhan yang cepat dari Pemerintah Afghanistan.

Meskipun bersikeras tidak akan ada evakuasi panik ala Saigon dari Kabul, para pejabat Amerika, sekutu Afghanistan mereka, dan penduduk lain yang takut akan Taliban berusaha melarikan diri pada hari Senin.

Baca Juga: Dapat Kejutan di Hari Ulang Tahun, Kisah Ruben Onsu Diungkap Aditya Gumay

Amerika Serikat telah mengirim 6.000 tentara ke bandara untuk menerbangkan personel kedutaan serta warga Afghanistan yang membantu Amerika Serikat sebagai penerjemah atau peran pendukung lainnya.

Namun Pemerintah AS mengakui itu tidak dalam kendali di bandara.

"Kami sedang menyelesaikan serangkaian langkah untuk mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai untuk memungkinkan keberangkatan aman personel AS dan sekutu," kata Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan bersama.

Baca Juga: Cek Fakta, Beredar Tautan Survei Berhadiah HUT ke-70 Honda, Berikut Faktanya

Amerika Serikat kemudian merilis pernyataan dengan lebih dari 65 negara yang mendesak Taliban untuk membiarkan warga Afghanistan meninggalkan negara itu dan memperingatkan pertanggungjawaban atas segala pelanggaran.

"Amerika Serikat bergabung dengan komunitas internasional dalam menegaskan bahwa warga Afghanistan dan warga internasional yang ingin pergi harus diizinkan untuk melakukannya," tulis Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Twitter.

"Mereka yang berada di posisi kekuasaan dan otoritas di seluruh Afghanistan memikul tanggung jawab - dan akuntabilitas - untuk melindungi kehidupan manusia," ujarnya.

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 16 Agustus 2021: Obsesi Ricky Tak Terbendung hingga Ajak Elsa Menikah di Penjara

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Taliban dan semua pihak untuk "menahan diri" dan mengatakan hak-hak perempuan dan anak perempuan yang menderita di bawah rezim Taliban sebelumnya pun harus dilindungi.

PBB juga mengatakan Dewan Keamanan akan bertemu di Afghanistan pada hari Senin.

Pemerintah Ghani dibiarkan benar-benar terisolasi pada hari Minggu setelah kelompok teror itu menyerbu benteng utara anti-Taliban di Mazar-i-Sharif dan kota timur Jalalabad.

Halaman:

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah